Kondisijadzab menyebabkan seorang sufi terlepas dari akalnya, menurut Syekh Ismail Haqqi, ada tiga tingkat: Pertama, pengalaman metafisisnya bersama Allah jauh lebih tinggi daripada kekuatan yang ada dalam dirinya. Pengalaman itu menguasai dirinya secara penuh, sehingga dia tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Akalnya hilang sama sekali. Tapisecara sufistik istilah jadzab memiliki makna yang khusus. Seingat saya Syaikh Ibn 'Athaillah al-Sakandari, dalam salah satu kitabnya yang berisi 100 lebih aforisme, menyatakan bahwa ada dua macam sufi: salikin dan majdzubin.Yang pertama, merupakan tipe sufi yang mesti melewati jenjang ihwal dan maqamat secara sistematis. Umumnya mereka memerlukan mujahadah yang lama dan ketat. Sudahsyuhud kepada Alloh ini umumnya dialami oleh mereka yang sedang dalam keadaan "jadzab" orang jadzab yaitu orang yang hatinya senantiasa penuh ingat kepada Alloh. Acara dengan makhluk boleh dikatakan tidak ada. jadzab - al hikam oleh muallif sholawat wahidiyah; yg didalam hati - al hikam oleh muallif sholawat w tanda kebahagiaan SyaikhFadhalla Haeri, ulama yg juga menerjemahkan dan mensyarah (mengomentari Al-Hikam) dalam komentarnya menambahkan: Allah menjawab doa hamba²Nya yg penuh kerinduan dan permohonan yg keluar dari hati yg ikhlas memohon pertolongan Allah, yg didorong oleh perintah-Nya untuk kembali kepada-Nya. Manusia yg paling kuat jadzab-nya adalah para Hikmahke-106. Adab Berdoa : Jangan Menuntut. لا تطالب ربّك بتأخّر مطلبك. Jangan kau tuntut Pengaturmu atas lambatnya waktu (pengabulan) permintaanmu. ولكن طالب نفسك بتأخّر أدبك. Akan tetapi, tuntutlah dirimu atas lambatnya adabmu. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menyebutkan kata ربّ KisahJadzab 1. Suatu ketika sebut saja Si A bersama Jama'ah mau berangkat ke acara Maulidan lalu sambil lewat menyapa sang habib: "Habib ayo kita ke Maulidan nanti kemaleman". maka Si Habib Syechan menjawab sambil marah-marah. "Sudah sana berangkat, Heh Kyai ente aja duluan ! nanti ane nyusul, berisik aja loe..!". . Makalah Hikmah ke-2 Kitab Al-Hikam. - Terjamah dan penjelasan Kitab Al-Hikam Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandary yang ke-2, berbunyiإرادَتـُكَ التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ الخفِيَّةِ، وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ اِنْحطاط ٌ عن الهِمَّةِ العَليَّةِ Artinya "Keinginanmu untuk tajrid [hanya beribadah saja tanpa berusaha untuk dunia], padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha [kasab], maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar [halus]. Sebaliknya, keinginanmu untuk berusaha [kasab], padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang harus beribadah tanpa kasab [berusaha], maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi". Sebagai seorang yang beriman, haruslah kita berusaha menyempurnakan imannya dengan berpikir tentang ayat-ayat Allah Swt., dan beribadah dan harus tahu bahwa tujuan hidup itu hanya untuk beribadah menghamba kepada Allah Swt., sesuai tuntunan Al-Qur’an. Tetapi setelah ada semangat dalam ibadah, kadang ada yang berpendapat bahwa salah satu yang merepoti/mengganggu dalam ibadah yaitu bekerja kasab. Lalu, dia berkeinginan lepas dari kasab/ usaha dan hanya ingin melulu beribadah. Keinginan yang seperti ini termasuk keinginan nafsu yang tersembunyi/samar. Mengapa? Kewajiban seorang hamba adalah menyerah kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Apalagi kalau majikan itu adalah Allah Yang Maha Mengetahui tentang apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Dan tanda-tanda bahwa Allah Swt. menempatkan dirimu dalam golongan orang yang harus berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu, sehingga tidak menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamamu, juga menyebabkan engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik orang lain. Dan tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam golongan hamba yang tidak berusaha [Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan yang tidak tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan, karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban. Syeikh Ibnu Atha’illah berkata "Aku datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas Al-Mursy. Aku merasa bahwa untuk sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriyah dan bergaul dengan sesama manusia kasab agak jauh dan tidak mungkin. Tiba-tiba saja, sebelum aku sempat bertanya, guru bercerita ada seorang ahli dibidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat merasakan sedikit dalam perjalanan ini, ia datang kepadaku sambil berkata aku akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab Bukan itu yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan diberikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu". Demikian penjelasan hikmah kedua Kitab Al-Hikam tentang maqam tajrid dan maqam kasab seorang hamba Allah. [ Jadzab, di dalam istilah tasawuf adalah suatu maqam atau keadaan di luar kesadaran seseorang, atau bahkan, sudah tidak tertaklif secara syariat? asal-usul lafadz JADZAB adalah – Jadzaba-Yajdzibu-Jadzban – yang berarti mempunyai makna ”menarik”, sementara obyek atau maf’ulnya adalah majdzub yang berarti mengandung makna tertarik, di dalam istilah sufi, biasanya jadzab di gunakan terhadap situasi bagi seseorang yang sedang mengalami khoriqul adat atau jenis yang lain, seperti nyleneh, keluar dari adat kebiasaan umum, atau mungkin bisa di kategorikan orang gila yang berkeramat, di katakan gila sebab munculnya pemahaman bahwa jadzab adalah hilangnya keumuman secara manusia, tentu beda dengan arti dari gila sendiri, sebab gila di dalam bahasa Arabnya adalah Junna- Junuunan – gila- atau, Janna-Yajunnu-Jannan – yang artinya etimologis, jadzdzaab adalah bentuk mubalaghah dari kata jadzaba, yang artinya “menarik”, dan dalam format mubalaghah superlatif dapat artikan “sangat menarik”;. Dalam terminologi pesantren, ia sering digunakan dalam konteks pengalaman batin dan pemahaman seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan dan kata yang kurang dapat dipahami oleh yaitu perjalanan usaha memperoleh dapat dekat kepada ALLAH mencapai ma'rifatullah, dengan cara meningkatkan dan mengembangkan iman dengan menghilangkan akhlaq tercela menggantinya dengan akhlak mahmudah, seperti halnya akhlak imaniyah ataupun yaitu orang yang ditarik kehadirat ALLAH; dengan kehendak ALLAH, tanpa melewati urutan suluk dalam salik dapat menguasai akal sedang majdzub tidak bisa menguasai akal sebab tertutup oleh Nur ilahiyyah, maka terkadang majdzub sering meninggalkan kewajiban agama, dan menurut syar’i tidak berdosa sebab seperti orang gila. Sedang majnun hilang akal / gila sebab tertutup oleh Nur syar’i orang Jadzab dan Majnun mungkin memiliki persamaan yaitu hilang akal dan dikatakan sebagai orang gila, dihukumi sama dalam arti tidak berkewajiban menjalankan syariat sebagaimana mestinya sebab hilang akalnya Udzur.APAKAH ORANG JADZAB DIWAJIBKAN SHOLAT?Orang gila hilang tidak wajib sholat dan tidak wajib mengqodho'nya dengan syarat gilanya tersebut bukan sebab meminum barang haram/obat-obatanوأما مَنْ زَالَ عَقْلُهُ بِجُنُونٍ أَوْ إغْمَاءٍ أَوْ مرض فلا يجب عليه لقوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثلاثة " فنص على المجنون وقسنا عليه كل من زال عقله بسبب مباح وان زال عقله بمحرم كمن شرب المسكر أو تناول دواء من غير حاجة فزال عقله وجب عليه القضاء إذا أفاق لانه زال عقله بمحرم فلم يسقط عنه الغرضAl-Majmu' Juz 2 halaman 6Orang yang hilang akal karena gila atau epilepsi atau sakit maka tidak ada kewajiban ibadah dan tidak ada kewajiban mengqodlo'. Itu dikarenakan hal-hal di atas termasuk sebab-sebab mubah dalam hal menghilangkan akal. Berbeda dengan sebab-sebab haram, mabuk misalnya, maka kewajiban tidak hilang kepadanya begitupun kewajiban الْمَجْنُونُ إِذَا أَفَاقَ، وَالْكَافِرُ إِذَا أَسْلَمَ، فَالْمَذْهَبُ أَنَّهُمَا كَالصَّبِيِّ الْمُفْطِرِ، فَلَا قَضَاءَ عَلَى الْأَصَحِّ.Roudlotu ath-Tholibin Juz 2 halaman 373Orang gila setelah sadar gila bukan sebab meminum perkara haram atau meminum obat, kafir setelah masuk Islam, menurut qoul al-ashoh tidak ada qodlo الشيخ محمد النبهان " المجذوب له صفات ثلاث عقله صغير ، نفسه كبيرة ، قلبه طاهر ، وهو غير مكلف .Majdzub memiliki 3 sifat Akalnya kecil bahkan hilang, Nafsunya besar, Hatinya bersih ,dan dia tidak terkena beban syar'i mukallaf, karena terbilang "hilangnya akal" Jadzab menurut ulama tasawufيقول الغوث الأعظم عبد القادر الجيلاني " جذبة من جذبات الحق خير من عمل الثقلين ".الشيخ أبو الحسن الشاذلييقول " المجذوب هو من جذبه الله إليه ، ولذلك كان سيره من أول خطوة في الطريق بالله لا بنفسه ، وهذا جاء من باب القدرة كن فيكون ".يقول الشيخ ابن عطاء الله السكندري " فأرباب الجذب يكشف لهم عن كمال ذاته ، ثم يردهم إلى شهود صفاته ، ثم يرجعهم إلى التعلق بأسمائه ، ثم يردهم إلى شهود آثاره . والسالكون على عكس هذا . فنهاية السالكين بداية المجذوبين . وبداية السالكين نهاية المجذوبين ، لكن لا بمعنى واحد ، فربما التقيا في الطريق ، هذا في ترقيه وهذا في تدليه ".Imam Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athoillah Assakandari 658 H/1259 M –709 H/1309 M dalam kitab Al-HikamArtinya “Terbukti adanya makhluk, atas adanya nama-nama ALLAH dan dengan nama-nama itu atas adanya sifat, dan denganya adanya sifat-sifat itu adanya Dzat ALLAH, sebab mukhal tidak masuk akal adanya sifat yang berdiri sendiri tanpa adanya Dzat, maka orang-orang yang Majdzub pertama terbuka terlihat oleh mereka kesempurnaan Dzat ALLAH, kemudian menurun melihat sifat-sifat ALLAH, dan menurun pula melihat bersandar kepada nama-nama ALLAH, sehingga menurun melihat makhluq buatan ALLAH, sebaliknya orang Salik dari bawah naik ke atas, maka puncak orang salik sampai ke permulaan orang majdzub, dan permulaan salik adalah penghabisan orang majdzub, tetapi tidak berarti sama dalam segala hal, hanya ada kalanya bertemu dijalanan yang satu ketika sedang mendaki dan yang lain sedang menurun“الشيخ محمد مراد النقشبندييقول " الجذبة هي الميل والمحبة إلى الله تعالىيقول الشيخ الحكيم الترمذي " يحتاج الولي إلى مدة في جذبه ، كما يحتاج المجتهد إلى المدة في صدقه . إلا أن هذه تصفيته لنفسه بجهده ، وتصفية المجذوب يتولاه الله بأنواره فانظر كيف صنع الله بعبده ، وصنع العبد بنفسه ؟ أما ترى آدم {عليه السلام} كيف فات الخلق وبرز عليهم بما تولاه الله من فطرته وقال لسائر الخلق كن فكان . فالمجذوب يُجذب في كل موطن في طريقه إلى الله تعالى ، ويخبر ويعرف المواطن ".الشيخ أحمد بن عجيبةالجذب هو غياب الحس بالكلية لترادف أنوار المحبة والعشق .الشيخ أبو سعيد المجددييقول " الجذبات عبارة عن انجذاب اللطائف إلى جهة الفوق ".يقول الشيخ محمد مراد النقشبندي " الجذبة نوعان وهي أما أن تكون من طرف الحق سبحانه وتعالى وهي الجذبة الجلية . ويقال لها التوفيق ، ولا يمكن الوصول إلى الله إلا بها .وأما أن تكون من طرف العبد وهي الجذبة الخفية ، ويقال لها الميل ، والمحبة ، والعشق ، وغير ذلك ".يقول الشيخ أحمد النقشبندي " اعلم أن الجذب وحده من غير السلوك في الطريق المستقيم بامتثال أوامر الحق والاجتناب عن نواهيه لا نتيجة له أصلاً غير الدخول في حيز البله والمجانين .Perbedaan jadzab dengan majnunالفرق بين الجذب والجنونيقول الباحث سعيد حوى " الجنون حالة مرتبطة بالدماغ أحياناً ، بينما الجذب حالة مرتبطة بالقلب "Sumber loading... Berdasarkan referensi di atas, orang yang mengamalkan laku suluk masih berada di bawah orang yang sudah sampai pada fase jadzab. Jadzab sendiri oleh para ulama didefinisikan dengan pengertian berikutالجذبة هي التجلي الإلهي، وفيها يحصل التحقيق بالأسماء الإلهية، والاستشعار بالاسم الصمد"Jadzab adalah tampaknya sifat-sifat ilahi. Ketika dalam kondisi jadzab, akan betul-betul tampak secara nyata sifat-sifat Allah dan seseorang mampu merasakannya." Syekh Mahmud Abdur Rauf al-Qasim, al-Kasyf an Haqiqah as-Shufiyyah, juz 1, hal. 244.Orang yang dalam kondisi jadzab seringkali melakukan perbuatan di luar nalar manusia biasa. Sebab, apa yang dilakukan oleh mereka dalam keadaan jadzab sudah di luar kapasitasnya sebagai demikian, patut dibedakan antara orang yang melakukan hal-hal aneh khâriq al-âdah karena memang betul-betul jadzab dengan orang yang hanya pura-pura jadzab. Untuk menandai perbedaan dua orang ini cukup sederhana, yakni dengan cara melihat tingkah laku orang tersebut setelah kondisi terjaga. Jika saat kondisi normal, ia senantiasa berzikir dan beribadah serta menjauhi hal-hal duniawi yang bersifat profan, maka bisa dipastikan keanehan yang ia lakukan adalah berangkat dari maqam jika seseorang setelah dalam kondisi normal justru lebih mendekatkan diri pada hal-hal yang bersifat duniawi dan senang mendekat dengan orang-orang yang memiliki ambisi duniawi, maka bisa dipastikan keanehan yang ia lakukan bukanlah bermula dari keadaan jadzab. Tapi hanya sebatas tipu daya yang dilakukannya untuk menarik perhatian orang lain. Perbedaan dua karakteristik ini seperti yang digambarkan dalam pembahasan menari saat berzikir yang dijelaskan dalam kitab Zad al-Muslim fi ma Ittafaqa alaihi al-Bukhari wa Muslimواعلم أن الرقص فى حال الذكر ليس من الشرع ولا من المروءة ولم يعذر فيه الّا الفرد النادر من أهل الأحوال والجذب وله عند القوم علامة يميزون بها بين ما كان منه عن جذب حقيقي وبين ما كان عن تلاعب وتلبيس على الناس فقد قالوا إنّ المجذوب إذا كان بعد الصحو يوجد معرضا عن الدنيا وأهلها مقبلا على ذكر الله وعبادته فهذا جذبه حقيقي ويعذر فى رقصه وإذا كان بعد الصحو من تجاذبه ورقصه يوجد مقبلا على الدنيا متأنسا بأهلها لا فرق بينه وبينهم فى الأحوال واللهو فهو متلاعب كاذب فى دعوى جذبه صاحب رقص ولعب فهو ممن اتّخذ دينه هزوا ولعبا"Ketahuilah bahwa menari pada saat berdzikir bukan bagian dari ajaran syariat dan bukan bagian dari budi pekerti yang baik. Tindakan tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk dibenarkan oleh siapa pun kecuali bagi orang khusus dari kalangan orang jadzab. Menurut sebagian kalangan ulama sufi jadzab memiliki tanda-tanda tertentu yang membedakan antara tindakan jadzab yang hakiki dan tindakan yang berangkat dari main-main dan tipu daya di hadapan berkata bahwa orang yang jadzab ketika setelah sadar ia berpaling dari dunia dan menghadap untuk berdzikir pada Allah dan beribadah kepada-Nya. Maka sikap jadzabnya adalah sikap jadzab yang sungguhan, tindakannya menari saat berdzikir dianggap udzur. Sedangkan ketika setelah sadar dari jadzab dan selesai menari saat zikir, seseorang lantas menghadap pada dunia dan merasa senang berjumpa dengan orang yang tergiur dengan tidak ada perbedaan antara dirinya dan orang yang tergiur dengan dunia dalam perbuatan dan sikap main-mainnya, maka ia adalah orang yang main-main dan bohong atas klaim kejadzabannya saat menari dan bersenda gurau, ia adalah bagian dari orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau." Syekh Muhammad Habibullah bin Abdullah as-Syinqithi, Zad al-Muslim fi ma Ittafaqa alaihi al-Bukhari wa Muslim, juz 3, hal. 155Dengan demikian disimpulkan bahwa jadzab adalah sebuah keadaan saat seseorang sudah lepas dalam kapasitasnya sebagai manusia karena tampak secara jelas padanya sifat-sifat Allah tajalli. Segala keanehan perbuatan yang dilakukan dalam kondisi jadzab bermula dari petunjuk Allah. Orang yang sudah sampai pada maqam jadzab ini biasa dikenal dengan sebutan Majdzub. Sedangkan masyarakat mengenal orang yang sudah sampai pada maqam ini dengan sebutan wali jadzab atau Wali Majdzub. Dan orang yang dijadikan wali Madjzub ini hanya sebatas untuk dirinya sendiri dan tidak untuk dijadikan sebagai guru, berbeda dengan wali sufi yang memang ditugaskan sebagai Murabbi Mursyid membimbing para dengan Wali Malamatiyyah?Sedangkan kewalian Malamatiyyah merupakan orang-orang yang senang menyembunyikan identitas kewaliannya. Mereka tidak senang jika ada orang yang mengetahui maqam dan rahasia kewaliannya. Dalam penampilannya mereka senang menyamar seperti orang yang hina dan merasakan kedekatan dengan Allah dengan kondisi seperti itu. Dan mereka berpenampilan seperti orang kurang sehat, seperti wali Madjub akan tetapi mereka bukanlah tergolong wali Djazab. Al-Hikam Pasal 1 Bersandar pada Amal مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزّ َلَلِ "Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja’ rasa harap kepada rahmat Allah di sisi alam yang fana." Syarah Ar-raja’ adalah istilah khusus dalam terminologi agama yang bermakna pengharapan kepada Allah Ta'ala. Ar-raja’ tidak selalu terkait dengan pengharapan akan ampunan Allah, melainkan lebih menyifati orang-orang yang mengharapkan kedekatan dengan Allah, yakni taqarrub. Kalimat "wujuudi zalal", artinya segala wujud yang akan hancur, diterjemahkan sebagai "alam yang fana". Status ini menunjukkan seseorang yang masih hidup di dunia dan terikat oleh alam hawa nafsu dan alam syahwat; itu semua adalah wujud al-zalal, wujud yang akan musnah. Seorang mukmin yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata kepada Allah Ta'ala. Seorang mukmin yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata kepada Allah Ta'ala Jika kita berharap akan rahmat-Nya, maka kita tidak akan menggantungkan harapan kepada amal-amal kita, baik itu besar atau pun kecil. Dan hal yang paling mahal dalam suluk adalah hati, yaitu apa yang dicarinya dalam hidup. Dunia ini akan menguji sejauh mana kualitas raja’ harap kita kepada Allah Ta’ala. Rasulullah saw. bersabda “Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya.” Ditanyakan, “Sekalipun engkau wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku.” – Bukhari dan Muslim ArticlePDF Available AbstractTesis ini mengkaji tentang manuskrip al-Ḥikam al-Aṭāiyyah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teks ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaitu aforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabat atau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian ini terbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitu menyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telah dibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehingga kandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapat diketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis, yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagai penyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskin perkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakat industri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Pelisanan teks al-Ḥikam sebagai teks sufisme yang berkembang dalam tradisi Syadziliyyah dapat digunakan oleh pendukung tradisi Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah. Pelisanan teks al-Ḥikam ini lazimnya dilakukan di dalam pesantren, majelis taklim di aula maupun di masjid, atau kafe dengan jamaah yang terdiri atas masyarakat kelas menengah perkotaan, tetapi di masyarakat miskin industri pelabuhan di Jakarta Utara. Pelisanan secara intensif teks al-Ḥikam merupakan salah satu cara ekspresi sufisme yang diambil pendukung tarekat Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah untuk menghadapi situasi sosial tertentu. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 113Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiA l h a f iz K u r n ia w a nM an uskrip A l-Ḥik a m E d i s i T e k s d a n T e r j e m a h a nAbstrakTesis ini mengkaji tentang manuskrip al-Ḥikam al-Aṭāiyyahkoleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teks initermasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaitu aforisme,sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabat ataumuridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian ini terbagimenjadi dua. Pertama kajian filologis yaitu menyajikan edisiteks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telah dibersihkan darikesalahan dan diterjemahkan sehingga kandungan dankeunikan teks salinan al-Ḥikam dapat diketahui olehmasyarakat luas. Kedua secara etnografis, yaitu pelisanan teksal-Ḥikam yang digunakan sebagai penyebaran nilai-nilaisufisme di masyarakat miskin perkotaan yang sangatkompleks, khususnya masyarakat industri pelabuhan diCilincing, Jakarta Utara. Pelisanan teks al-Ḥikam sebagai tekssufisme yang berkembang dalam tradisi Syadziliyyah dapatdigunakan oleh pendukung tradisi Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah. Pelisanan teks al-Ḥikam ini lazimnyadilakukan di dalam pesantren, majelis taklim di aula maupun dimasjid, atau kafe dengan jamaah yang terdiri atas masyarakatkelas menengah perkotaan, tetapi di masyarakat miskinindustri pelabuhan di Jakarta Utara. Pelisanan secara intensifteks al-Ḥikam merupakan salah satu cara ekspresi sufismeyang diambil pendukung tarekat Qadiriyyah-Naqsyabandiyyahuntuk menghadapi situasi sosial kunci al-Ḥikam, sufisme, filologi, manuskrip, kelisanan, Vol. 9 Tahun 2018Yudhi IrawanKere, W. P. 1815. W. P. Kree’s letter to Raffles dated 9April 1815, bundel Buitenland Penang number11, Jakarta Arsip Nasional Republik Government Gazette, vol. I July 4th 1812.108 114 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanini. Bahkan dalam satu abad lahir sejumlah karya anotasiterhadap karya Ashim Ibrahim Al-Kayyali dalam pengantar untukIḥkam al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i yang wafat pada 908 Hatau abad ke-15 M, mencatat sedikitnya 55 karya anotasiberbahasa Arab terhadap teks al-Ḥikam, baik anotasi panjangmaupun anotasi singkat. Tentu saja jumlah ini belum termasukanotasi yang ditulis dalam bahasa lokal dalam konteksNusantara adalah Jawi, yaitu anotasi al-Ḥikam karya KHSholeh Darat dan anotasi berbahasa lokal di belahan Ashim Al-Kayyali menyebut karya anotasi tertuaadalah Gaytsu al-Mawāhib al-Aliyyah fi Syarḥi al-Ḥikamial-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad yang wafat pada 792 Hatau abad ke-14 M. Sementara Laman Thesaurus ofIndonesian Islamic Manuscripts yang dikelola PuslitbangLektur dan Khazanah Keagamaan, MORA Center for theStudy of Islam and Society, Syarif Hidayatullah State IslamicUniversity menyebut Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyah fi Syarḥial-Ḥikami al-Aṭāiyyati sebagai judul anotasi karya Syekh IbnuAbbad. Judul karya pada satu anotasi ini sudah terdapat atas al-Ḥikam tidak hanya ditandai denganbanyaknya anotasi yang ditulis oleh banyak orang. Penerimaanterhadap al-Ḥikam bahkan ditunjukkan dengan banyaknyaanotasi yang ditulis oleh satu orang. Grand Syekh al-AzharProf Dr Abdul Halim Mahmud, dalam pengantar untuk Syarḥual-Ḥikami karya Ahmad Zarruq al-Fasi yang wafat pada 899 Hatau abad ke-15 M, menyebutkan bahwa Syekh Ahmad Zarruqtercatat lebih dari 30 kali membuat anotasi atas Ahmad Zarruq yang sering mengalami transmembuatnya menulis anotasi berkali-kali. “Syaraḥ al-Ḥikamyang ada di tangan kita ini adalah anotasi ke-17 yang dicatatoleh Syekh Ahmad Zarruq.”Semua anotasi terhadap al-Ḥikam didasarkan padamanuskrip berbeda. Syarah al-Ḥikam karya Syekh AhmadZarruq didasarkan pada naskah tua koleksi Maktabah al-Najahdi Toroblus dan dua naskah, yaitu di al-Maktabah al-111Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanThe Al-Ḥikam Manuscript Text Edition and TranslationAbstractThis thesis examines the manuscript of al-Ḥikam al-Aṭāiyyahcollection of the National Library of the Republic of text includes the work of Sufism with three parts, namelyaphorism, a number of letters containing advice for friends orstudents, and munajat to God. The focus of this study isdivided into two. The first philological study is to present anedition of the text of al-Ḥikam al-Aṭāiyyah which has beencleared of error and translated so that the content anduniqueness of the text of the copy of al-Ḥikam can be known bythe public. Second ethnographically, namely the oralitizing ofthe text of al-Ḥikam which is used as the spread of Sufismvalues in a very complex urban poor community, especially theport industry community in Cilincing, North Jakarta. Thepassage of the text of al-Ḥikam as a text of Sufism thatdeveloped in the Syadziliyyah tradition can be used bysupporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah tradition. Theoralitizing of the text of al-Ḥikam is commonly carried out inpesantren, majelis taklim in the hall and in mosques, or cafeswith worshipers consisting of urban middle class people, butin the poor port industry in North Jakarta. Intensive oralitizingof al-Ḥikam texts is one of the ways of expressing Sufism takenby supporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah order todeal with certain social al-Ḥikam, sufism, philology, manuscript, orality, al-Aṭāiyyah adalah karya populer di lingkunganmereka yang mengkaji tasawuf. Teks ini merupakan karyaterkenal di kalangan peminat kajian tasawuf di Indonesia. Teksini telah berulang kali dicetak. Karya ini ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakatsejak pertama kali karya ini keluar. Hampir setiap abad selaluada orang yang menulis anotasi atau sejenis syarah atas karya 115Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanini. Bahkan dalam satu abad lahir sejumlah karya anotasiterhadap karya Ashim Ibrahim Al-Kayyali dalam pengantar untukIḥkam al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i yang wafat pada 908 Hatau abad ke-15 M, mencatat sedikitnya 55 karya anotasiberbahasa Arab terhadap teks al-Ḥikam, baik anotasi panjangmaupun anotasi singkat. Tentu saja jumlah ini belum termasukanotasi yang ditulis dalam bahasa lokal dalam konteksNusantara adalah Jawi, yaitu anotasi al-Ḥikam karya KHSholeh Darat dan anotasi berbahasa lokal di belahan Ashim Al-Kayyali menyebut karya anotasi tertuaadalah Gaytsu al-Mawāhib al-Aliyyah fi Syarḥi al-Ḥikamial-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad yang wafat pada 792 Hatau abad ke-14 M. Sementara Laman Thesaurus ofIndonesian Islamic Manuscripts yang dikelola PuslitbangLektur dan Khazanah Keagamaan, MORA Center for theStudy of Islam and Society, Syarif Hidayatullah State IslamicUniversity menyebut Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyah fi Syarḥial-Ḥikami al-Aṭāiyyati sebagai judul anotasi karya Syekh IbnuAbbad. Judul karya pada satu anotasi ini sudah terdapat atas al-Ḥikam tidak hanya ditandai denganbanyaknya anotasi yang ditulis oleh banyak orang. Penerimaanterhadap al-Ḥikam bahkan ditunjukkan dengan banyaknyaanotasi yang ditulis oleh satu orang. Grand Syekh al-AzharProf Dr Abdul Halim Mahmud, dalam pengantar untuk Syarḥual-Ḥikami karya Ahmad Zarruq al-Fasi yang wafat pada 899 Hatau abad ke-15 M, menyebutkan bahwa Syekh Ahmad Zarruqtercatat lebih dari 30 kali membuat anotasi atas Ahmad Zarruq yang sering mengalami transmembuatnya menulis anotasi berkali-kali. “Syaraḥ al-Ḥikamyang ada di tangan kita ini adalah anotasi ke-17 yang dicatatoleh Syekh Ahmad Zarruq.”Semua anotasi terhadap al-Ḥikam didasarkan padamanuskrip berbeda. Syarah al-Ḥikam karya Syekh AhmadZarruq didasarkan pada naskah tua koleksi Maktabah al-Najahdi Toroblus dan dua naskah, yaitu di al-Maktabah al-Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanThe Al-Ḥikam Manuscript Text Edition and TranslationAbstractThis thesis examines the manuscript of al-Ḥikam al-Aṭāiyyahcollection of the National Library of the Republic of text includes the work of Sufism with three parts, namelyaphorism, a number of letters containing advice for friends orstudents, and munajat to God. The focus of this study isdivided into two. The first philological study is to present anedition of the text of al-Ḥikam al-Aṭāiyyah which has beencleared of error and translated so that the content anduniqueness of the text of the copy of al-Ḥikam can be known bythe public. Second ethnographically, namely the oralitizing ofthe text of al-Ḥikam which is used as the spread of Sufismvalues in a very complex urban poor community, especially theport industry community in Cilincing, North Jakarta. Thepassage of the text of al-Ḥikam as a text of Sufism thatdeveloped in the Syadziliyyah tradition can be used bysupporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah tradition. Theoralitizing of the text of al-Ḥikam is commonly carried out inpesantren, majelis taklim in the hall and in mosques, or cafeswith worshipers consisting of urban middle class people, butin the poor port industry in North Jakarta. Intensive oralitizingof al-Ḥikam texts is one of the ways of expressing Sufism takenby supporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah order todeal with certain social al-Ḥikam, sufism, philology, manuscript, orality, al-Aṭāiyyah adalah karya populer di lingkunganmereka yang mengkaji tasawuf. Teks ini merupakan karyaterkenal di kalangan peminat kajian tasawuf di Indonesia. Teksini telah berulang kali dicetak. Karya ini ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakatsejak pertama kali karya ini keluar. Hampir setiap abad selaluada orang yang menulis anotasi atau sejenis syarah atas karya110 116 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018                    al-Ḥikam                                   al-Hikamal-Hikam     al-Ḥikam     al-Ḥikam         al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah,  al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah waGairuha,                Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-ḥuzni, fa isyhad mā minka ilayhiIżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-khawfi, fa isyhad mā minka ilayhi113Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTaimuriyah dan di al-Maktabah al-Dar. Menurut Syekh AbdulHalim, edisi teks Syarah al-Ḥikam karya Syekh Ahmad Zarruqdibuat setelah penelitian filologi atas tiga naskah teks anotasi al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i dibuatdengan dasar naskah tunggal. Edisi teks karya Al-Iqshara’idibuat atas dasar manuskrip yang disalin oleh Ali bin Ibrahimal-Syafi’i pada Ahad di awal bulan Shafar 1202 H. Hanya sajakolofon naskah ini tidak memberikan informasi terkait al-Ḥikam ditulis oleh Syekh Ibn Athaillah, seorangulama mazhab Maliki yang hidup di Mesir pada abad ke-13 lahir di Iskandariyah pada 648 H atau 1259 M dan wafat diMadrasah al-Mansuriyah, Mesir pada 13 Jumadil Akhir 709 Hatau 1309 M. Ia dimakamkan di zawiatnya yang terletak dikaki bukit al-Muqaṭṭam, Mesir. Makamnya ramai dikunjungiorang dengan pelbagai kepentingan hingga kini. Teks inidibacakan oleh Syekh Ibn Athaillah kepada salah seorangmuridnya, Taqiyyuddin al-Subki yang merupakan salahseorang pemuka madzhab Syafii. Swedan, 1997 8.Pandangan-pandangan sufisme dalam al-Ḥikam ini jugadimasukkan oleh al-Subki di akhir karya usul fiqihnya yangsangat terkenal, Jamul Jawami. Dari al-Subki ini, teks al-Ḥikam muncul kemudian dengan pelbagai al-Ḥikam tidak dapat dilepaskan dari tarekatSyadziliyah yang didirikan oleh Abu Al-Hasan Al-Syadzilipada abad ke-12 M. Syekh Ibn Athaillah tumbuh dalam tradisiSyadziliyah. Ia berguru selama 12 tahun kepada Syekh Abu al-Abbas al-Mursi, penerus kepemimpinan tarekat Syadziliyahsepeninggal Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Syekh Ibn Athaillahkemudian menjadi pemimpin tarekat Syadziliyah sepeninggalAl-Mursi. Pengaruh pandangan sufisme tarekat Syadziliyahmasuk ke dalam teks al-Ḥikam. Pengaruh Syadziliyah ini jugamasuk ke dalam karya Syekh Ibn Athaillah lainnya, yaitu al-Tanwīr, Miftāhu al-Falāti, Tāju al-Arūsi, Unwānu al-Tawfīqi,al-Qawlu al-Mujarradu, dan sejumlah karya al-Ḥikam berisi hampir 300 larik. Semua larikmenjelaskan pandangan-pandangan sufisme. Teks ini terbagi 117Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018                    al-Ḥikam                                   al-Hikamal-Hikam     al-Ḥikam     al-Ḥikam         al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah,  al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah waGairuha,                Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-ḥuzni, fa isyhad mā minka ilayhiIżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-khawfi, fa isyhad mā minka ilayhiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTaimuriyah dan di al-Maktabah al-Dar. Menurut Syekh AbdulHalim, edisi teks Syarah al-Ḥikam karya Syekh Ahmad Zarruqdibuat setelah penelitian filologi atas tiga naskah teks anotasi al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i dibuatdengan dasar naskah tunggal. Edisi teks karya Al-Iqshara’idibuat atas dasar manuskrip yang disalin oleh Ali bin Ibrahimal-Syafi’i pada Ahad di awal bulan Shafar 1202 H. Hanya sajakolofon naskah ini tidak memberikan informasi terkait al-Ḥikam ditulis oleh Syekh Ibn Athaillah, seorangulama mazhab Maliki yang hidup di Mesir pada abad ke-13 lahir di Iskandariyah pada 648 H atau 1259 M dan wafat diMadrasah al-Mansuriyah, Mesir pada 13 Jumadil Akhir 709 Hatau 1309 M. Ia dimakamkan di zawiatnya yang terletak dikaki bukit al-Muqaṭṭam, Mesir. Makamnya ramai dikunjungiorang dengan pelbagai kepentingan hingga kini. Teks inidibacakan oleh Syekh Ibn Athaillah kepada salah seorangmuridnya, Taqiyyuddin al-Subki yang merupakan salahseorang pemuka madzhab Syafii. Swedan, 1997 8.Pandangan-pandangan sufisme dalam al-Ḥikam ini jugadimasukkan oleh al-Subki di akhir karya usul fiqihnya yangsangat terkenal, Jamul Jawami. Dari al-Subki ini, teks al-Ḥikam muncul kemudian dengan pelbagai al-Ḥikam tidak dapat dilepaskan dari tarekatSyadziliyah yang didirikan oleh Abu Al-Hasan Al-Syadzilipada abad ke-12 M. Syekh Ibn Athaillah tumbuh dalam tradisiSyadziliyah. Ia berguru selama 12 tahun kepada Syekh Abu al-Abbas al-Mursi, penerus kepemimpinan tarekat Syadziliyahsepeninggal Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Syekh Ibn Athaillahkemudian menjadi pemimpin tarekat Syadziliyah sepeninggalAl-Mursi. Pengaruh pandangan sufisme tarekat Syadziliyahmasuk ke dalam teks al-Ḥikam. Pengaruh Syadziliyah ini jugamasuk ke dalam karya Syekh Ibn Athaillah lainnya, yaitu al-Tanwīr, Miftāhu al-Falāti, Tāju al-Arūsi, Unwānu al-Tawfīqi,al-Qawlu al-Mujarradu, dan sejumlah karya al-Ḥikam berisi hampir 300 larik. Semua larikmenjelaskan pandangan-pandangan sufisme. Teks ini terbagi112 118 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018laysaqurratu gayrihī                   qurratuaynin                                Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabānī. Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabanī, galabānī                    galabanī                   inna                         lāqasam lā Fa qālat, “Lā, wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.” Fa qālat, “Wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.”  lā qasam  lā          qasam  wawu 115Jumantara Vol. 9 Tahun 2018 al-ḥuzn          al-khawf      al-khawf  al-rajā’ al-khawf  al-rajā’ al-ḥuzn  al-rajā’al-Ḥikam Ilāhī, kayfa takilunī ilā gayrika wa qad tawakkalta lī? Ilāhī, kayfa takilunī ilā nafsī wa qad tawakkalta lī?  gayrika         nafsī nafsī             gayrikalaysaFa al-rasūlu ṣalawātu Allāhi wa salāmuhū alayhi laysa marifatuhū ka marifati gayrihī, wa laysa qurratu gayrihī ka qurratihīFa al-rasūlu ṣalawāt Allāhi alayhi wa salāmuhū laysamarifatu gayrihī ka marifatihī, fa laysa qurratuaynin ka qurratihīlaysa 119Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018laysaqurratu gayrihī                   qurratuaynin                                Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabānī. Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabanī, galabānī                    galabanī                   inna                         lāqasam lā Fa qālat, “Lā, wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.” Fa qālat, “Wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.”  lā qasam  lā          qasam  wawu Jumantara Vol. 9 Tahun 2018 al-ḥuzn          al-khawf      al-khawf  al-rajā’ al-khawf  al-rajā’ al-ḥuzn  al-rajā’al-Ḥikam Ilāhī, kayfa takilunī ilā gayrika wa qad tawakkalta lī? Ilāhī, kayfa takilunī ilā nafsī wa qad tawakkalta lī?  gayrika         nafsī nafsī             gayrikalaysaFa al-rasūlu ṣalawātu Allāhi wa salāmuhū alayhi laysa marifatuhū ka marifati gayrihī, wa laysa qurratu gayrihī ka qurratihīFa al-rasūlu ṣalawāt Allāhi alayhi wa salāmuhū laysamarifatu gayrihī ka marifatihī, fa laysa qurratuaynin ka qurratihīlaysa114 120 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKarya ini cukup dikenal di lingkungan pesantren. DiIndonesia teks ini diajarkan di pesantren-pesantren selain dimasjid-masjid. Kitab al-Ḥikam diajarkan untuk jenjang santrikelas menengah. Dalam sistem klasikal, Kitab al-Ḥikamdiajarkan kepada santri tingkat tsanawiyah dan aliyah.Bruinessen, 2012 184. Hal ini bisa dimaklumi karena untukmemahami larik-larik al-Ḥikam diperlukan kemampuangramatikal yang baik dan kematangan berpikir yang memadaimengingat kandungan-kandungan dari ungkapan di dalamnyayang sering tidak lazim. Kitab ini dibaca hanya matannya sajaatau berikut kiai dan santri umumnya menggunakan sebuah kitabdengan dua syarah al-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arabpada bagian luar dan bagian dalam kitab. Bagian dalam kitabini memuat Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyati karya Ibnu Abbaddengan anotasi cukup panjang. Bagian luar adalah syarah al-Ḥikam karya Syekh Syarqawi al-Khalwati dengan anotasisingkat yang lebih menjelaskan makna yang dimaksud. Kitabini mudah didapat di toko-toko kitab atau toko buku agamaIslam. Teks kitab ini dicetak di kertas kuning dan tipis yangumumnya produksi dalam negeri, yaitu Surabaya, Bandung,Semarang. Harga kitab ini dengan sampul tipis sebesar pada tahun 2009 M di dua dasawarsa belakangan ini, para kiai dan santrimemiliki syarah al-Ḥikam terutama cetakan Timur Tengahselain teks al-Ḥikam dan syarahnya produksi dalam negeri ituseiring dengan akses lalu lalang dan arus pergi-datangIndonesia-Timur Tengah semakin cepat, pertukaran mahasiswakeduanya yang semakin lazim, dan akses teks al-Ḥikam digitalyang dengan mudah diunggah. Dalam rentang waktu tersebut,mereka memiliki Syaraḥ al-Ḥikam yang ditulis oleh ulamalain, yaitu Syekh Zarruq, Ibnu Ajibah, Ibrahim al-Iqshara’i,dan Syekh Said Ramadhan al-Buthi di samping Ibnu Abbaddan Syarqawi. Dengan demikian, mereka memiliki koleksisyarah al-Ḥikam yang lebih banyak dari para kiai mereka danpara santri terdahulu. Mereka juga menghadapi pelbagai varianteks al-Ḥikam yang tersebar di koleksi naskah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawansemacam ini memperkaya teks al-Ḥikam yang beredar dimasyarakat. Varian yang sudah disebutkan hanya sedikit sajadari apa yang tertulis di naskah A 180, naskah A 402, dannaskah A 554. Pada Bab III akan lebih banyak lagi ditemukanvarian-varian teks al-Ḥikam berbahasa Arab pada koleksiPerpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sementarapercetakan dan persebaran teks al-Ḥikam di masyarakat tidakmenghalangi kerja edisi teks dan kerja filologis lainnya karenanaskah al-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia menyimpan varian yang tidak terdapat pada tekscetak al-Ḥikam. Sementara teks cetak sendiri bukan sesuatuyang sudah jadi, mantap, dan mapan. Teks cetak hanya salahsatu varian naskah yang diangkat untuk naik cetak setelahmelewati proses yang rumit dan banyak variabel seperti akandijelaskan lebih lanjut terkait kedudukan teks cetak dalamtimbangan kajian filologis pada Bab Indonesia sendiri, teks al-Ḥikam diterima danditanggapi dengan baik. Persebaran teks ini mencakupSumatera, Jawa, dan Kalimantan. Hal ini ditandai denganpenerjemahan al-Ḥikam ke dalam bahasa Melayu dan jugabahasa Jawa. Penerjemahan al-Ḥikam dilakukan oleh KHSholeh Darat Semarang 1830 M-1903 M denganmenggunakan bahasa Jawa dan aksara pegon pada 1289H/1868 al-Ḥikam adalah kumpulan wejangan-wejangantasawuf terkenal yang dikarang Ibn Athaillah al-Iskandari. Beberapa terjemahan dan syarahnya dapatditemukan di Indonesia. di antaranya, yang layakdisebut, adalah Ḥikam Melayu anonim, SyaraḥḤikam oleh M Ibrahim al-Nafizi al-Rindi dan kitabberbahasa Melayu Tāj al-Arūs karya Utsman al-Pontiani dan juga Ḥikam berbahasa Jawa oleh SalehDarat dari Semarang serta beberapa versi modernnya,terutama kitab syarah setebal empat jilid yang disusunoleh ulama Aceh KH Muhibbudin Wali. Bruinessen,2012 188-189. 121Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKarya ini cukup dikenal di lingkungan pesantren. DiIndonesia teks ini diajarkan di pesantren-pesantren selain dimasjid-masjid. Kitab al-Ḥikam diajarkan untuk jenjang santrikelas menengah. Dalam sistem klasikal, Kitab al-Ḥikamdiajarkan kepada santri tingkat tsanawiyah dan aliyah.Bruinessen, 2012 184. Hal ini bisa dimaklumi karena untukmemahami larik-larik al-Ḥikam diperlukan kemampuangramatikal yang baik dan kematangan berpikir yang memadaimengingat kandungan-kandungan dari ungkapan di dalamnyayang sering tidak lazim. Kitab ini dibaca hanya matannya sajaatau berikut kiai dan santri umumnya menggunakan sebuah kitabdengan dua syarah al-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arabpada bagian luar dan bagian dalam kitab. Bagian dalam kitabini memuat Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyati karya Ibnu Abbaddengan anotasi cukup panjang. Bagian luar adalah syarah al-Ḥikam karya Syekh Syarqawi al-Khalwati dengan anotasisingkat yang lebih menjelaskan makna yang dimaksud. Kitabini mudah didapat di toko-toko kitab atau toko buku agamaIslam. Teks kitab ini dicetak di kertas kuning dan tipis yangumumnya produksi dalam negeri, yaitu Surabaya, Bandung,Semarang. Harga kitab ini dengan sampul tipis sebesar pada tahun 2009 M di dua dasawarsa belakangan ini, para kiai dan santrimemiliki syarah al-Ḥikam terutama cetakan Timur Tengahselain teks al-Ḥikam dan syarahnya produksi dalam negeri ituseiring dengan akses lalu lalang dan arus pergi-datangIndonesia-Timur Tengah semakin cepat, pertukaran mahasiswakeduanya yang semakin lazim, dan akses teks al-Ḥikam digitalyang dengan mudah diunggah. Dalam rentang waktu tersebut,mereka memiliki Syaraḥ al-Ḥikam yang ditulis oleh ulamalain, yaitu Syekh Zarruq, Ibnu Ajibah, Ibrahim al-Iqshara’i,dan Syekh Said Ramadhan al-Buthi di samping Ibnu Abbaddan Syarqawi. Dengan demikian, mereka memiliki koleksisyarah al-Ḥikam yang lebih banyak dari para kiai mereka danpara santri terdahulu. Mereka juga menghadapi pelbagai varianteks al-Ḥikam yang tersebar di koleksi naskah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawansemacam ini memperkaya teks al-Ḥikam yang beredar dimasyarakat. Varian yang sudah disebutkan hanya sedikit sajadari apa yang tertulis di naskah A 180, naskah A 402, dannaskah A 554. Pada Bab III akan lebih banyak lagi ditemukanvarian-varian teks al-Ḥikam berbahasa Arab pada koleksiPerpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sementarapercetakan dan persebaran teks al-Ḥikam di masyarakat tidakmenghalangi kerja edisi teks dan kerja filologis lainnya karenanaskah al-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia menyimpan varian yang tidak terdapat pada tekscetak al-Ḥikam. Sementara teks cetak sendiri bukan sesuatuyang sudah jadi, mantap, dan mapan. Teks cetak hanya salahsatu varian naskah yang diangkat untuk naik cetak setelahmelewati proses yang rumit dan banyak variabel seperti akandijelaskan lebih lanjut terkait kedudukan teks cetak dalamtimbangan kajian filologis pada Bab Indonesia sendiri, teks al-Ḥikam diterima danditanggapi dengan baik. Persebaran teks ini mencakupSumatera, Jawa, dan Kalimantan. Hal ini ditandai denganpenerjemahan al-Ḥikam ke dalam bahasa Melayu dan jugabahasa Jawa. Penerjemahan al-Ḥikam dilakukan oleh KHSholeh Darat Semarang 1830 M-1903 M denganmenggunakan bahasa Jawa dan aksara pegon pada 1289H/1868 al-Ḥikam adalah kumpulan wejangan-wejangantasawuf terkenal yang dikarang Ibn Athaillah al-Iskandari. Beberapa terjemahan dan syarahnya dapatditemukan di Indonesia. di antaranya, yang layakdisebut, adalah Ḥikam Melayu anonim, SyaraḥḤikam oleh M Ibrahim al-Nafizi al-Rindi dan kitabberbahasa Melayu Tāj al-Arūs karya Utsman al-Pontiani dan juga Ḥikam berbahasa Jawa oleh SalehDarat dari Semarang serta beberapa versi modernnya,terutama kitab syarah setebal empat jilid yang disusunoleh ulama Aceh KH Muhibbudin Wali. Bruinessen,2012 188-189.116 122 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahankedatangan tarekat Syadziliyah di Nusantara belum diketahuisecara masyarakat Indonesia terhadap teks AAhingga kini masih berlanjut. Apresiasi dilakukan dalam bentukpenyalinan, penerjemahan, anotasi, dan juga pelisanan. Selainyang berkaitan dengan penyalinan, penerjemahan, dan anotasi,aktivitas pelisanan teks ini menjadi sebuah pertunjukan yangmemberikan ruang bagi khalayak pendengar untuk memahaminilai-nilai sufisme dalam teks AA seperti akan diterangkanpada BAB II. Aktivitas pelisanan dilakukan dengan intensitasyang rendah di tengah masyarakat pesantren yang berbasispedesaan di Indonesia. Aktivitas pelisanan minimal dilakukansepekan sekali. Hal ini sudah lazim di lingkungan pesantren dimana pun. Tetapi sebuah komunitas yang berbasis masyarakatindustri di Cilincing, Jakarta Utara, melakukan pelisanandengan intensitas yang tinggi. Komunitas ini menggelarpelisanan teks AA setiap malam sesudah selesai pendidikanbaca-tulis huruf Arab tingkat anak-anak. Khalayak pendukungpelisanan ini terdiri dari remaja hingga orang tua dengan latarbelakang yang PenelitianPenelitian terkait manuskrip yang terdapat padanaskah-naskah lama tidak bisa dilepaskan dari penelitianfilologi yang mencakup pengertian tekstologi dan kodikologiyang bermuara pada penyajian suntingan teks dan deskripsinaskah yang akan diteliti. Dalam rangka itu, langkah pertamapenelitian ini adalah pengamatan dan pembacaan atas salinanteks al-Ḥikam yang tercecer di dua naskah. Dari inventarisasi,pembacaan, serta pengamatan berulang-ulang atas teks danfisik naskah itu, penelitian ini mengumpulkan informasipenting sebanyak-banyaknya sebagai bahan pertimbangandalam mengambil metode pengamatan langsung atas teks dan fisik naskah,diketahui bahwa manuskrip al-Ḥikam terdapat pada tujuhnaskah, yaitu A 180, A 402, A 554, W 28, W 29, W 30, dan W31 di mana merupakan sebuah teks utuh di mana salah satunya119Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTeks ini mendapat tanggapan yang cukup di M Nawawi Banten, ulama prolifik abad ke-20 M, jugamenaruh perhatian luar biasa terhadap teks al-Ḥikam. UlamaIndonesia yang diakui intelektualitasnya di kalangan ilmuan diTimur Tengah ini juga memberikan anotasi terhadap teks al-Ḥikam dengan judul Miṣbaḥu al-Ẓulam alā Nahji al-Atammifī Tabwībi al-Ḥikam. Pada kolofon kitab ini, Syekh Nawawimencantumkan rampung penulisan pada pertengahan JumadilAwwal 1305 H atau 1887 M. Nawawi, 1896 120.Penerimaan masyarakat Indonesia sebenarnya sudah jauhdilakukan sejak abad ke-18 M. Hal ini ditandai dengan duasalinan teks al-Ḥikam yang menggunakan bahasa dan aksaraArab. Satu salinan teks menyebut tahun penyalinan padakolofonnya, yaitu 1197 H atau 1783 M. Satu salinan lainnyatidak mencantumkan nama penyalin, tempat, dan tahunpenyalinan. Naskah ini merupakan salinan teks al-Ḥikam tertuayang pernah ada di Indonesia. Kajian filologis terhadap naskahini bisa juga menjadi pintu masuk untuk menggali informasiterkait kedatangan tarekat Syadziliyah yang minoritas diIndonesia yang selama ini masih gelap di kalangan sejarawanterkait Islam di Nusantara. Bruinessen sendiri mengira-ngirabahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk di Banten dan Cirebonberdasarkan kitab Sejarah Banten Rante-rante SBR yangmengisahkan bahwa Sunan Gunung Jati abad ke-16 M yangsecara historis mungkin memang pernah atau mungkin jugatidak berguru kepada Najmuddin al-Kubra dan kemudianselama dua puluh atau dua puluh dua tahun kepada IbnAthaillah al-Syadzili di Madinah. Bruinessen menyadaribahwa Ibn Athaillah orang terkenal di Mesir pada abad ke-13M, bukan di Madinah pada abad ke-16 M, tetapi ia berasumsibahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk ke Banten danCirebon pada abad ke-17 M yang terbukti bahwa namanyasudah terkenal di abad itu, mungkin melalui koleksi wejangansufinya yang terkenal, al-Ḥikam. Tetapi asumsi ini tidakdidukung oleh bukti tertulis apapun. Bruinessen, 2012 278-279. Dari sini dapat disimpulkan sementara bahwa awal 123Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahankedatangan tarekat Syadziliyah di Nusantara belum diketahuisecara masyarakat Indonesia terhadap teks AAhingga kini masih berlanjut. Apresiasi dilakukan dalam bentukpenyalinan, penerjemahan, anotasi, dan juga pelisanan. Selainyang berkaitan dengan penyalinan, penerjemahan, dan anotasi,aktivitas pelisanan teks ini menjadi sebuah pertunjukan yangmemberikan ruang bagi khalayak pendengar untuk memahaminilai-nilai sufisme dalam teks AA seperti akan diterangkanpada BAB II. Aktivitas pelisanan dilakukan dengan intensitasyang rendah di tengah masyarakat pesantren yang berbasispedesaan di Indonesia. Aktivitas pelisanan minimal dilakukansepekan sekali. Hal ini sudah lazim di lingkungan pesantren dimana pun. Tetapi sebuah komunitas yang berbasis masyarakatindustri di Cilincing, Jakarta Utara, melakukan pelisanandengan intensitas yang tinggi. Komunitas ini menggelarpelisanan teks AA setiap malam sesudah selesai pendidikanbaca-tulis huruf Arab tingkat anak-anak. Khalayak pendukungpelisanan ini terdiri dari remaja hingga orang tua dengan latarbelakang yang PenelitianPenelitian terkait manuskrip yang terdapat padanaskah-naskah lama tidak bisa dilepaskan dari penelitianfilologi yang mencakup pengertian tekstologi dan kodikologiyang bermuara pada penyajian suntingan teks dan deskripsinaskah yang akan diteliti. Dalam rangka itu, langkah pertamapenelitian ini adalah pengamatan dan pembacaan atas salinanteks al-Ḥikam yang tercecer di dua naskah. Dari inventarisasi,pembacaan, serta pengamatan berulang-ulang atas teks danfisik naskah itu, penelitian ini mengumpulkan informasipenting sebanyak-banyaknya sebagai bahan pertimbangandalam mengambil metode pengamatan langsung atas teks dan fisik naskah,diketahui bahwa manuskrip al-Ḥikam terdapat pada tujuhnaskah, yaitu A 180, A 402, A 554, W 28, W 29, W 30, dan W31 di mana merupakan sebuah teks utuh di mana salah satunyaJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTeks ini mendapat tanggapan yang cukup di M Nawawi Banten, ulama prolifik abad ke-20 M, jugamenaruh perhatian luar biasa terhadap teks al-Ḥikam. UlamaIndonesia yang diakui intelektualitasnya di kalangan ilmuan diTimur Tengah ini juga memberikan anotasi terhadap teks al-Ḥikam dengan judul Miṣbaḥu al-Ẓulam alā Nahji al-Atammifī Tabwībi al-Ḥikam. Pada kolofon kitab ini, Syekh Nawawimencantumkan rampung penulisan pada pertengahan JumadilAwwal 1305 H atau 1887 M. Nawawi, 1896 120.Penerimaan masyarakat Indonesia sebenarnya sudah jauhdilakukan sejak abad ke-18 M. Hal ini ditandai dengan duasalinan teks al-Ḥikam yang menggunakan bahasa dan aksaraArab. Satu salinan teks menyebut tahun penyalinan padakolofonnya, yaitu 1197 H atau 1783 M. Satu salinan lainnyatidak mencantumkan nama penyalin, tempat, dan tahunpenyalinan. Naskah ini merupakan salinan teks al-Ḥikam tertuayang pernah ada di Indonesia. Kajian filologis terhadap naskahini bisa juga menjadi pintu masuk untuk menggali informasiterkait kedatangan tarekat Syadziliyah yang minoritas diIndonesia yang selama ini masih gelap di kalangan sejarawanterkait Islam di Nusantara. Bruinessen sendiri mengira-ngirabahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk di Banten dan Cirebonberdasarkan kitab Sejarah Banten Rante-rante SBR yangmengisahkan bahwa Sunan Gunung Jati abad ke-16 M yangsecara historis mungkin memang pernah atau mungkin jugatidak berguru kepada Najmuddin al-Kubra dan kemudianselama dua puluh atau dua puluh dua tahun kepada IbnAthaillah al-Syadzili di Madinah. Bruinessen menyadaribahwa Ibn Athaillah orang terkenal di Mesir pada abad ke-13M, bukan di Madinah pada abad ke-16 M, tetapi ia berasumsibahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk ke Banten danCirebon pada abad ke-17 M yang terbukti bahwa namanyasudah terkenal di abad itu, mungkin melalui koleksi wejangansufinya yang terkenal, al-Ḥikam. Tetapi asumsi ini tidakdidukung oleh bukti tertulis apapun. Bruinessen, 2012 278-279. Dari sini dapat disimpulkan sementara bahwa awal118 124 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Analisis Penelitian          al-Ḥikam  performance studies                               al-Ḥikam  Penelitian TerdahuluAl-Ḥikam                           Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4Perpustakaan Nasional Republik Indonesia  al-Ḥikam 121Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanadalah sambungan dari teks sebelumnya. Karakter tulisankeduanya memiliki persamaan mutlak. Dari informasi yangdidapat dari pengamatan ini, penelitian ini akan menggabungkan dua naskah yang saling bersambung tersebut danmembandingkannya dengan naskah lain yang sejenis bahasanya. Penelitian ini akan menghasilkan satu suntingan teks danterjemahannya. Tiga koleksi Perpustakaan Nasional RI iniberbahasa dan beraksara Arab, yaitu A 180, A 402, dan A sisanya disalin dalam bahasa Melayu. Penelitian iniakan bermuara pada penyuntingan dan penerjemahan demikian, penyuntingan dan penerjemahan akandilakukan pada karya abad ke-13 M yang berisi 289 larik. Teksini terdiri atas tiga bagian. Sebanyak 256 larik berisipernyataan. Sementara 33 larik sisanya berisi yang ditempuh untuk sampai pada suntingan teks ituadalah metode kritis. Metode kritis ini dipilih dari sekianmetode kerja filologis dengan pertimbangan dari pengamatanatas tiga naskah koleksi Perpusnas menjelaskan bahwa pendekatan kritis inimemudahkan jalan bagi pembaca yang ingin mengakses tekstersebut. Pendekatan kritis memberikan tawaran-tawaran bagipembaca dalam mengatasi kesulitan-kesulitan tekstual.“Edisi kritis dari suatu naskah lebih banyak membantupembaca. Pembaca dibantu mengatasi berbagaikesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaandengan interpretasi dan dengan demikian terbebas darikesulitan mengerti isinya. Kritis’ berarti bahwapenyunting itu mengidentifikasi sendiri bagian dalamteks yang mungkin terdapat masalah dan menawarkanjalan keluar. Di sini ada dua alternatif. Pertama, apabilapenyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam tekstersebut, ia dapat memberikan tanda yang mengacupada aparatus kritik’; di sini dia menyarankan bacaanyang lebih baik. Atau, kedua, pada tempat-tempat inipenyunting dapat memasukkan koreksi ke dalam tekstersebut dengan tanda yang jelas yang mengacu pada 125Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Analisis Penelitian          al-Ḥikam  performance studies                               al-Ḥikam  Penelitian TerdahuluAl-Ḥikam                           Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4Perpustakaan Nasional Republik Indonesia  al-Ḥikam Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanadalah sambungan dari teks sebelumnya. Karakter tulisankeduanya memiliki persamaan mutlak. Dari informasi yangdidapat dari pengamatan ini, penelitian ini akan menggabungkan dua naskah yang saling bersambung tersebut danmembandingkannya dengan naskah lain yang sejenis bahasanya. Penelitian ini akan menghasilkan satu suntingan teks danterjemahannya. Tiga koleksi Perpustakaan Nasional RI iniberbahasa dan beraksara Arab, yaitu A 180, A 402, dan A sisanya disalin dalam bahasa Melayu. Penelitian iniakan bermuara pada penyuntingan dan penerjemahan demikian, penyuntingan dan penerjemahan akandilakukan pada karya abad ke-13 M yang berisi 289 larik. Teksini terdiri atas tiga bagian. Sebanyak 256 larik berisipernyataan. Sementara 33 larik sisanya berisi yang ditempuh untuk sampai pada suntingan teks ituadalah metode kritis. Metode kritis ini dipilih dari sekianmetode kerja filologis dengan pertimbangan dari pengamatanatas tiga naskah koleksi Perpusnas menjelaskan bahwa pendekatan kritis inimemudahkan jalan bagi pembaca yang ingin mengakses tekstersebut. Pendekatan kritis memberikan tawaran-tawaran bagipembaca dalam mengatasi kesulitan-kesulitan tekstual.“Edisi kritis dari suatu naskah lebih banyak membantupembaca. Pembaca dibantu mengatasi berbagaikesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaandengan interpretasi dan dengan demikian terbebas darikesulitan mengerti isinya. Kritis’ berarti bahwapenyunting itu mengidentifikasi sendiri bagian dalamteks yang mungkin terdapat masalah dan menawarkanjalan keluar. Di sini ada dua alternatif. Pertama, apabilapenyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam tekstersebut, ia dapat memberikan tanda yang mengacupada aparatus kritik’; di sini dia menyarankan bacaanyang lebih baik. Atau, kedua, pada tempat-tempat inipenyunting dapat memasukkan koreksi ke dalam tekstersebut dengan tanda yang jelas yang mengacu pada120 126 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanEfendi. Keterangan ini diperoleh dari catatan Parmaksizogluand Uysal [ed.] 1987 III 153 Shelfmark 34 Su-Hu 285.Laman Thesaurus of Indonesian Islamic Manuscripts inimenyebutkan bahwa Amir Fatah telah melakukan penelitianfilologis atas al-Ḥikam pada 1997 M. Fatah membuat edisikritis al-Ḥikam berbahasa Melayu dengan landasan manuskripal-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional Republik ini dapat dilihat pada yang diakses padaKamis 7 Desember penelitian terhadap salinan teks manuskripal-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arab pada nomor kode A180, A 402, dan A 554 ini membuka peluang bagi penelitianfilologis yang akan dikerjakan dalam tesis Isi TeksTeks AA adalah kitab tasawuf karya Ibn Athaillah al-Sakandari yang ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini terdiriatas tiga bagian. Bagian pertama teks ini memuat 246 lariksufisme. Bagian kedua teks ini memuat nasihat-nasihat untukpara sahabatnya. Bagian ketiga teks ini diisi dengan munajatpenulis sebanyak 33 larik. Naskah ini juga dilengkapi denganketerangan nama penulis kitab di awal dan kolofon di kitab ini disebutkan bahwa penangguhanpemberian Allah bukan berarti penolakan atas sebuah doaseseorang. Pasalnya, pemberian Allah turun kepada orang yangberdoa sesuai bentuk yang diinginkan-Nya dan waktu yangdikehendaki-Nya. seseorang tidak bisa memaksakankehendaknya karena Allah yang maha kuasa atas pemberian-Nya. larik 6.Penulis kitab ini tidak mempersoalkan keragaman ibadahyang dilakukan manusia. Pasalnya, keragaman ibadah yangditempuh oleh masing-masing orang itu didasarkan padakeragaman ilham Ilahi yang memenuhi batin mereka. Semuajenis ibadah itu hanya raga atau wujud fisik semata. Tetapi123Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanjumlah 109 halaman yang menjadi sambungan dari teks al-Ḥikam pada nomor kode pertama. Behrend, 1998 17.Anotasi untuk al-Ḥikam pada katalog ini juga mengalamibeberapa kekeliruan karena tidak sesuai dengan kondisi fisiknaskah di lapangan. Pada bab selanjutnya kekeliruan itu pada nomor kode A 402 ditulis pada 39 halamanyang dimulai pada halaman 23 dan berakhir pada halaman teks dengan nomor kode A 554 merupakan sambungandari teks al-Ḥikam pada nomor kode A 402. Lanjutan teks al-Ḥikam pada nomor kode A 554 berjumlah 8 halaman. Lanjutanini ditulis pada halaman 46 dan berakhir dengan kolofon padahalaman al-Aṭāiyyah koleksi Perpustakaan Nasional RIini sudah masuk dalam Laman Thesaurus of IndonesianIslamic Manuscripts yang dikelola Puslitbang Lektur danKhazanah Keagamaan, MORA Center for the Study of Islamand Society, Syarif Hidayatullah State Islamic kanal manuskrip pada laman tersebut, al-Ḥikamdisebutkan sebagai karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Sakandari dengan julukan Abul Fadhl atau Ibnu ini menerangkan bahwa manuskrip al-Ḥikam berbahasadan beraksara Arab dengan tema sufisme. Keterangan ringkasal-Ḥikam ini bisa ditemukan pada nomor urut 30 pada daftarmanuskrip Islam Indonesia. Laman ini diakses padaKamis 7 Desember ini juga secara khusus memberikan catatan untukal-Ḥikam. Ibnu Athailah dilahirkan di Iskandariyah, Mesir,pada 1259 M/648 H dan wafat di Mesir pada 1309 M/709 ditulis pada abad ke-13 M. Salah satu anotasi atasal-Ḥikam adalah Gayātu al-Mawāhibi al-Aliyyati fī Syarḥi al-Ḥikami al-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad Muhammad binAbirahim ar-Randi 1333-1390 M. Anotasi karya Syekh IbnuAbbad ini dapat ditemukan di Perpustakaan Sulaimani, AmcaZade Husein Pasha, dan koleksi Hekimbasi Musa Nazif 127Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanEfendi. Keterangan ini diperoleh dari catatan Parmaksizogluand Uysal [ed.] 1987 III 153 Shelfmark 34 Su-Hu 285.Laman Thesaurus of Indonesian Islamic Manuscripts inimenyebutkan bahwa Amir Fatah telah melakukan penelitianfilologis atas al-Ḥikam pada 1997 M. Fatah membuat edisikritis al-Ḥikam berbahasa Melayu dengan landasan manuskripal-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional Republik ini dapat dilihat pada yang diakses padaKamis 7 Desember penelitian terhadap salinan teks manuskripal-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arab pada nomor kode A180, A 402, dan A 554 ini membuka peluang bagi penelitianfilologis yang akan dikerjakan dalam tesis Isi TeksTeks AA adalah kitab tasawuf karya Ibn Athaillah al-Sakandari yang ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini terdiriatas tiga bagian. Bagian pertama teks ini memuat 246 lariksufisme. Bagian kedua teks ini memuat nasihat-nasihat untukpara sahabatnya. Bagian ketiga teks ini diisi dengan munajatpenulis sebanyak 33 larik. Naskah ini juga dilengkapi denganketerangan nama penulis kitab di awal dan kolofon di kitab ini disebutkan bahwa penangguhanpemberian Allah bukan berarti penolakan atas sebuah doaseseorang. Pasalnya, pemberian Allah turun kepada orang yangberdoa sesuai bentuk yang diinginkan-Nya dan waktu yangdikehendaki-Nya. seseorang tidak bisa memaksakankehendaknya karena Allah yang maha kuasa atas pemberian-Nya. larik 6.Penulis kitab ini tidak mempersoalkan keragaman ibadahyang dilakukan manusia. Pasalnya, keragaman ibadah yangditempuh oleh masing-masing orang itu didasarkan padakeragaman ilham Ilahi yang memenuhi batin mereka. Semuajenis ibadah itu hanya raga atau wujud fisik semata. TetapiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanjumlah 109 halaman yang menjadi sambungan dari teks al-Ḥikam pada nomor kode pertama. Behrend, 1998 17.Anotasi untuk al-Ḥikam pada katalog ini juga mengalamibeberapa kekeliruan karena tidak sesuai dengan kondisi fisiknaskah di lapangan. Pada bab selanjutnya kekeliruan itu pada nomor kode A 402 ditulis pada 39 halamanyang dimulai pada halaman 23 dan berakhir pada halaman teks dengan nomor kode A 554 merupakan sambungandari teks al-Ḥikam pada nomor kode A 402. Lanjutan teks al-Ḥikam pada nomor kode A 554 berjumlah 8 halaman. Lanjutanini ditulis pada halaman 46 dan berakhir dengan kolofon padahalaman al-Aṭāiyyah koleksi Perpustakaan Nasional RIini sudah masuk dalam Laman Thesaurus of IndonesianIslamic Manuscripts yang dikelola Puslitbang Lektur danKhazanah Keagamaan, MORA Center for the Study of Islamand Society, Syarif Hidayatullah State Islamic kanal manuskrip pada laman tersebut, al-Ḥikamdisebutkan sebagai karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Sakandari dengan julukan Abul Fadhl atau Ibnu ini menerangkan bahwa manuskrip al-Ḥikam berbahasadan beraksara Arab dengan tema sufisme. Keterangan ringkasal-Ḥikam ini bisa ditemukan pada nomor urut 30 pada daftarmanuskrip Islam Indonesia. Laman ini diakses padaKamis 7 Desember ini juga secara khusus memberikan catatan untukal-Ḥikam. Ibnu Athailah dilahirkan di Iskandariyah, Mesir,pada 1259 M/648 H dan wafat di Mesir pada 1309 M/709 ditulis pada abad ke-13 M. Salah satu anotasi atasal-Ḥikam adalah Gayātu al-Mawāhibi al-Aliyyati fī Syarḥi al-Ḥikami al-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad Muhammad binAbirahim ar-Randi 1333-1390 M. Anotasi karya Syekh IbnuAbbad ini dapat ditemukan di Perpustakaan Sulaimani, AmcaZade Husein Pasha, dan koleksi Hekimbasi Musa Nazif122 128 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanistiqamah itu sendiri. Banyak orang mengira bahwa karamahitu bisa dianugerahkan kepada Allah bila seseorang beribadahdengan tekun. Oleh karena itu, mereka beribadah dalam rangkamengejar karamah tersebut. Padahal, sering kali Allahmemberikan karamah itu kepada mereka yang belum istiqamahdalam beribadah. larik179.Transliterasi dan Edisi TeksEdisi dan terjemahan teks AA dibuat agar varian teksdapat dibaca dan dipahami oleh khalayak pembaca aksaraIndonesia dan oleh khalayak di luar kultur pesantren. Olehkarena itu koreksi atas kekeliruan dalam teks AA sangatpenting untuk dilakukan. Koreksi dilakukan dengan caramemberikan catatan kaki sebagai penanda yang mengacu padaaparat kritik. Pada aparat kritik, catatan ditulis sebagaiinformasi tambahan bagi membuat terjemahan, penulis menggunakanmetode yang diperkenalkan oleh Rofii melalui karyanya,Dalīl fī At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab Indonesia,Vol I dan Vol II. Penulis melakukan langkah-langkahpenerjemahan yang diawali dengan pembacaan teks Arab yangakan diterjemahkan secara baik dan secara teliti berulang-ulang. Penulis mencoba mengamati ungkapan dan susunankalimatnya untuk memahami dengan jelas kandungan mengalami kesulitan dalam menangkap keutuhangagasan dalam sebuah teks, penulis memecah teks menjadibeberapa bagian dengan tetap memerhatikan konteks masing-masing bagian teks. Dalam menerjemahkan struktur kalimat,penulis menempatkan mubtada, fail, na’ibul fail, isim kana,dan isim inna pada teks Arab sebagai subjek atau pokokkalimat dalam bahasa terjemahan. Penulis juga menempatkankhabar mubtada, khabar kana, khabar inna, dan fiil dalam tesArab sebagai predikat dalam teks mengikuti varian penerjemahan kata min dalamteks Arab yang disesuaikan dengan konteksnya menurutmetode yang diperkenalkan Rofii dalam Dalīl fī At-Tarjamah125Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanyang menjadi roh atas wujud fisik ibadah itu tidak lain adalahkeikhlasan itu sendiri. larik 9-10.Kuantitias amal ibadah tidak dihitung dari jumlah ibadahitu sendiri. Kuantitas amal ibadah dihitung dari sejauhmanaseseorang mengendalikan hati dari keinginan-keinginanduniawi. Ibadah mereka yang masih diburu oleh keinginanduniawi dinilai sedikit di sisi Allah meskipun jumlahnya secarakasatmata terbilang banyak. Sedangkan ibadah mereka yangtidak lagi menginginkan kesenangan duniawi dinilai banyakoleh Allah meskipun terlihat sedikit. larik 45.Demikian halnya dengan dosa. Menurutnya, tiada yangnamanya dosa kecil bila seseorang dihadapkan pada keadilanAllah. Tiada juga yang disebut dosa besar bila seseorangberhadapan dengan kemurahan-Nya. larik 50.Sebagian orang ditugaskan untuk gemar beribadah. Tetapisebagian lainnya dipilih oleh Allah hanya untuk mencintai-Nya. Kedua jenis orang ini mendapat bimbingan Allah sesuaidengan porsinya. larik 68.Manusia sejatinya tidak pantas untuk memohon ganjaranatas amal ibadahnya. Pilihan kesempatan untuk beribadah yangjatuh kepada mereka itu sebenarnya sudah cukup sebagaiganjaran dari Allah. Kehangatan Ilahi yang terasa oleh batinmereka itu sebenarnya sudah lebih dari cukup sebagai balasanAllah. larik 90-91.Eksistensi sebuah benda sebenarnya tidak menghalangiAllah karena sejatinya tiada apapun di samping-Nya. Yangmenutupi Allah dari pandangan seseorang adalah ilusi orangitu sendiri atas adanya sesuatu di samping-Nya. larik137.Inayat Ilahi kepada seseorang itu turun bukan lantarankeistimewaan dari orang tersebut. Inayat itu datangmenghampirinya karena semata kemurahan Allah apa artinya keistimewaan ibadah seseorangdibanding anugerah-Nya? Toh, ia juga tidak bisa beribadahtanpa bimbingan dari Allah jua. larik 169.Karamah, khariqul adat, atau kejadian luar biasa bukanprioritas utama dalam konteks kehambaan kepada kehambaan kepada Allah adalah kontinuitas atau 129Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanistiqamah itu sendiri. Banyak orang mengira bahwa karamahitu bisa dianugerahkan kepada Allah bila seseorang beribadahdengan tekun. Oleh karena itu, mereka beribadah dalam rangkamengejar karamah tersebut. Padahal, sering kali Allahmemberikan karamah itu kepada mereka yang belum istiqamahdalam beribadah. larik179.Transliterasi dan Edisi TeksEdisi dan terjemahan teks AA dibuat agar varian teksdapat dibaca dan dipahami oleh khalayak pembaca aksaraIndonesia dan oleh khalayak di luar kultur pesantren. Olehkarena itu koreksi atas kekeliruan dalam teks AA sangatpenting untuk dilakukan. Koreksi dilakukan dengan caramemberikan catatan kaki sebagai penanda yang mengacu padaaparat kritik. Pada aparat kritik, catatan ditulis sebagaiinformasi tambahan bagi membuat terjemahan, penulis menggunakanmetode yang diperkenalkan oleh Rofii melalui karyanya,Dalīl fī At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab Indonesia,Vol I dan Vol II. Penulis melakukan langkah-langkahpenerjemahan yang diawali dengan pembacaan teks Arab yangakan diterjemahkan secara baik dan secara teliti berulang-ulang. Penulis mencoba mengamati ungkapan dan susunankalimatnya untuk memahami dengan jelas kandungan mengalami kesulitan dalam menangkap keutuhangagasan dalam sebuah teks, penulis memecah teks menjadibeberapa bagian dengan tetap memerhatikan konteks masing-masing bagian teks. Dalam menerjemahkan struktur kalimat,penulis menempatkan mubtada, fail, na’ibul fail, isim kana,dan isim inna pada teks Arab sebagai subjek atau pokokkalimat dalam bahasa terjemahan. Penulis juga menempatkankhabar mubtada, khabar kana, khabar inna, dan fiil dalam tesArab sebagai predikat dalam teks mengikuti varian penerjemahan kata min dalamteks Arab yang disesuaikan dengan konteksnya menurutmetode yang diperkenalkan Rofii dalam Dalīl fī At-TarjamahJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanyang menjadi roh atas wujud fisik ibadah itu tidak lain adalahkeikhlasan itu sendiri. larik 9-10.Kuantitias amal ibadah tidak dihitung dari jumlah ibadahitu sendiri. Kuantitas amal ibadah dihitung dari sejauhmanaseseorang mengendalikan hati dari keinginan-keinginanduniawi. Ibadah mereka yang masih diburu oleh keinginanduniawi dinilai sedikit di sisi Allah meskipun jumlahnya secarakasatmata terbilang banyak. Sedangkan ibadah mereka yangtidak lagi menginginkan kesenangan duniawi dinilai banyakoleh Allah meskipun terlihat sedikit. larik 45.Demikian halnya dengan dosa. Menurutnya, tiada yangnamanya dosa kecil bila seseorang dihadapkan pada keadilanAllah. Tiada juga yang disebut dosa besar bila seseorangberhadapan dengan kemurahan-Nya. larik 50.Sebagian orang ditugaskan untuk gemar beribadah. Tetapisebagian lainnya dipilih oleh Allah hanya untuk mencintai-Nya. Kedua jenis orang ini mendapat bimbingan Allah sesuaidengan porsinya. larik 68.Manusia sejatinya tidak pantas untuk memohon ganjaranatas amal ibadahnya. Pilihan kesempatan untuk beribadah yangjatuh kepada mereka itu sebenarnya sudah cukup sebagaiganjaran dari Allah. Kehangatan Ilahi yang terasa oleh batinmereka itu sebenarnya sudah lebih dari cukup sebagai balasanAllah. larik 90-91.Eksistensi sebuah benda sebenarnya tidak menghalangiAllah karena sejatinya tiada apapun di samping-Nya. Yangmenutupi Allah dari pandangan seseorang adalah ilusi orangitu sendiri atas adanya sesuatu di samping-Nya. larik137.Inayat Ilahi kepada seseorang itu turun bukan lantarankeistimewaan dari orang tersebut. Inayat itu datangmenghampirinya karena semata kemurahan Allah apa artinya keistimewaan ibadah seseorangdibanding anugerah-Nya? Toh, ia juga tidak bisa beribadahtanpa bimbingan dari Allah jua. larik 169.Karamah, khariqul adat, atau kejadian luar biasa bukanprioritas utama dalam konteks kehambaan kepada kehambaan kepada Allah adalah kontinuitas atau124 130 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanPenulisan VokalVokal Bahasa Arab terdiri atas vokal tunggal monoftong dan vokal rangkap diftong.Vokal tunggal Bahasa Arab ditandai dengan harakat atau tandabunyi. Bentuk alih aksaranya adalah sebagai berikutHuruf Arab Nama Huruf LatinَاَاFatḥah AِاِاKasrah IُاُاḌammah UVokal rangkap Bahasa Arab ditandai dengan gabunganantara harakat a dan huruf wāwu sukun atau huruf yā transliterasi putusan Menteri Agama dan menteriPendidikan dan Kebudayaan menyebut “ai” dan “au” dengangabungan dua huruf vokal sebagai alih aksara vokal rangkapdari Bahasa Arab. Penulis tidak sepenuhnya mengikutipedoman transliterasi putusan menteri tersebut. Penulis tidaksepakat karena putusan itu lebih mempertimbangkan bunyipada beberapa aspek. Sementara alih aksara di sinimempertimbangkan pengalihan sedekat mungkin denganaksara asal. Putusan itu menyamakan konsep vokal BahasaArab dan Bahasa Indonesia. Konsep vokal keduanya berbedasama sekali. Dua kategori vokal yang dibuat dua menteri itutidak konsisten. Bahasa Indonesia memang memiliki vokalrangkap. Tetapi Bahasa Arab tidak memiliki vokal yang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab olehputusan tersebut bukan vokal rangkap yang dikenal dalamBahasa Indonesia, yaitu gabungan dua huruf vokal. Sesuatuyang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab oleh putusantersebut adalah gabungan huruf vokal dan konsonan. Hal inidimaksudkan untuk tetap konsisten menjaga kerja alih alih aksara ini juga bertujuan agar pembaca aksara127Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanBimbingan Tarjamah Arab Indonesia. Vol I. Penulismenerjemahkan kata min dengan “karena”, “salah seorang”,“salah satu”, “terhadap”, “antara lain”, “dari”. Rofii, [tt]105.Dalam membuat transliterasi naskah AA, penulismenggunakan prinsip alih aksara sehingga penulis sedapatmungkin menghadirkan aksara alihan baik berbentuk aksaramaupun pungtuasi. Penulis membubuhkan pungtuasi sebagaikonsekuensi pengalihan aksara Arab yang tidak terakomodasidalam aksara Latin yang dikenal dalam Bahasa menerakan prinsip-prinsip alih aksara dalam edisi teksnaskah AA pada beberapa hal berikut ini1. Teks dipisahkan antara alih aksara dan teks kiri merupakan teks alih aksara. Sisi kanan adalahterjemahan teks AA. Pemisahan dan penempatan tekssecara berdampingan dilakukan untuk memudahkanpembaca dalam melihat perbandingan Pembagian paragraf dan larik dibuat berdasarkan penandatinta warna merah pada kata pertama larik di naskah A 402dan naskah A 554; dan penanda lingkaran kecil padanaskah A Nomor di akhir kata yang tertulis dengan ukuran lebihkecil dan sedikit naik menandai aparat kritik dan informasitambahan terkait Kata berbahasa Arab dan nama sebuah karya ditulisdengan huruf miring. Nama orang ditulis dengan hurufkapital pada huruf pertama setelah partikel “al”.5. Deklinasi pada verba fiil māḍī dan fiil muḍāri, bentukjamak taksīr, dan nomina maṣdar didasarkan pada KamusArab-Indonesia Al-Munawwir karya Ahmad Warson Al-Munawwir dan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia karyaAtabik Ali dan Ahmad Zuhdi Arab-Latin yang digunakan untuk teks AAini mengikuti pedoman alih aksara putusan Menteri Agamadan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543 b/u/1987. 131Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanPenulisan VokalVokal Bahasa Arab terdiri atas vokal tunggal monoftong dan vokal rangkap diftong.Vokal tunggal Bahasa Arab ditandai dengan harakat atau tandabunyi. Bentuk alih aksaranya adalah sebagai berikutHuruf Arab Nama Huruf LatinَاَاFatḥah AِاِاKasrah IُاُاḌammah UVokal rangkap Bahasa Arab ditandai dengan gabunganantara harakat a dan huruf wāwu sukun atau huruf yā transliterasi putusan Menteri Agama dan menteriPendidikan dan Kebudayaan menyebut “ai” dan “au” dengangabungan dua huruf vokal sebagai alih aksara vokal rangkapdari Bahasa Arab. Penulis tidak sepenuhnya mengikutipedoman transliterasi putusan menteri tersebut. Penulis tidaksepakat karena putusan itu lebih mempertimbangkan bunyipada beberapa aspek. Sementara alih aksara di sinimempertimbangkan pengalihan sedekat mungkin denganaksara asal. Putusan itu menyamakan konsep vokal BahasaArab dan Bahasa Indonesia. Konsep vokal keduanya berbedasama sekali. Dua kategori vokal yang dibuat dua menteri itutidak konsisten. Bahasa Indonesia memang memiliki vokalrangkap. Tetapi Bahasa Arab tidak memiliki vokal yang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab olehputusan tersebut bukan vokal rangkap yang dikenal dalamBahasa Indonesia, yaitu gabungan dua huruf vokal. Sesuatuyang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab oleh putusantersebut adalah gabungan huruf vokal dan konsonan. Hal inidimaksudkan untuk tetap konsisten menjaga kerja alih alih aksara ini juga bertujuan agar pembaca aksaraJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanBimbingan Tarjamah Arab Indonesia. Vol I. Penulismenerjemahkan kata min dengan “karena”, “salah seorang”,“salah satu”, “terhadap”, “antara lain”, “dari”. Rofii, [tt]105.Dalam membuat transliterasi naskah AA, penulismenggunakan prinsip alih aksara sehingga penulis sedapatmungkin menghadirkan aksara alihan baik berbentuk aksaramaupun pungtuasi. Penulis membubuhkan pungtuasi sebagaikonsekuensi pengalihan aksara Arab yang tidak terakomodasidalam aksara Latin yang dikenal dalam Bahasa menerakan prinsip-prinsip alih aksara dalam edisi teksnaskah AA pada beberapa hal berikut ini1. Teks dipisahkan antara alih aksara dan teks kiri merupakan teks alih aksara. Sisi kanan adalahterjemahan teks AA. Pemisahan dan penempatan tekssecara berdampingan dilakukan untuk memudahkanpembaca dalam melihat perbandingan Pembagian paragraf dan larik dibuat berdasarkan penandatinta warna merah pada kata pertama larik di naskah A 402dan naskah A 554; dan penanda lingkaran kecil padanaskah A Nomor di akhir kata yang tertulis dengan ukuran lebihkecil dan sedikit naik menandai aparat kritik dan informasitambahan terkait Kata berbahasa Arab dan nama sebuah karya ditulisdengan huruf miring. Nama orang ditulis dengan hurufkapital pada huruf pertama setelah partikel “al”.5. Deklinasi pada verba fiil māḍī dan fiil muḍāri, bentukjamak taksīr, dan nomina maṣdar didasarkan pada KamusArab-Indonesia Al-Munawwir karya Ahmad Warson Al-Munawwir dan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia karyaAtabik Ali dan Ahmad Zuhdi Arab-Latin yang digunakan untuk teks AAini mengikuti pedoman alih aksara putusan Menteri Agamadan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543 b/u/ 132 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanSedangkan naskah lainnya yang berbahasa melayu sudahditeliti secara filologis oleh Amir Fatah pada 1997 berisi kajian tasawuf yang lebih berorientasi padaetika di hadapan Tuhan. AA banyak memberikan cara pandangyang nyentrik atau tidak lazim dalam memandang suatuperistiwa yang wujudnya beragama. Ketidaklaziman itudidasarkan pada pijakan yang tetap, yaitu kehadiran dankeridhaan Tuhan di alam nyata. AA kerap memperingatkankepentingan-kepentingan manusia di balik praktik-praktikperibadatan yang sakral. AA juga mengidentifikasiketidaktulusan manusia di balik praktik ibadah yang lazimnyadianggap suci dan tidak perlu banyak memberikan cara pandang baru bagi seseorangdalam memandang semua bentuk ibadah. AA tidakmemandang secara fanatik bentuk-bentuk perilaku memandang aneka perilaku manusia karena perbedaanilham Ilahi yang masuk ke masing-masing orang. AA padanaskah A 554 yang diteliti dalam tulisan ini menyertakankolofon yang memuat informasi penting terkait tahun ini menjadi bukti tertulis yang tertua terkait masuktarekat cukup diminati. Teks ini digunakan oleh seorangpemimpin komunitas sufisme di Cilincing, Jakarta Utara,untuk mengikat komunitasnya. Teks ini dilisankan setiapmalam oleh pemimpin komunitas dengan tujuan agar nilai-nilai sufisme dalam AA dapat dihayati secara menyimpulkan bahwa aktivitas pelisanan di hadapankhalayak memberikan tenaga pada teks AA dibandingkandibaca sunyi sendiri. Aktivitas pelisanan juga merupakanbentuk pembukaan akses terhadap teks AA yang berbahasa danberaksara Arab. Dengan pelisanan, khalayak di Cilincing yangberbasis masyarakat industri dapat mengakses nilai-nilaisufisme yang terkandung dalam AA. Pelisanan teks AAdengan intensitas yang tinggi dapat menginternalisasi nilai-nilai sufisme bagi AA jumlahnya cukup banyak. AA dicetak olehbanyak penerbit dengan berbagai macam naskah. Meskipun129Jumantara Vol. 9 Tahun 2018                         yā Ay yā AwmawjūdMin mā yadulluka alā wujūd qahrihī subḥānahū anḥajabaka anhu bi mā laysa bi mawjūd maahū. aynWa aynu al-baṣīrati yusyhiduka adamaka li wujūdihī.Hasil Penelitian al-Ḥikam al-Aṭāiyyah                                                                                                     133Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanSedangkan naskah lainnya yang berbahasa melayu sudahditeliti secara filologis oleh Amir Fatah pada 1997 berisi kajian tasawuf yang lebih berorientasi padaetika di hadapan Tuhan. AA banyak memberikan cara pandangyang nyentrik atau tidak lazim dalam memandang suatuperistiwa yang wujudnya beragama. Ketidaklaziman itudidasarkan pada pijakan yang tetap, yaitu kehadiran dankeridhaan Tuhan di alam nyata. AA kerap memperingatkankepentingan-kepentingan manusia di balik praktik-praktikperibadatan yang sakral. AA juga mengidentifikasiketidaktulusan manusia di balik praktik ibadah yang lazimnyadianggap suci dan tidak perlu banyak memberikan cara pandang baru bagi seseorangdalam memandang semua bentuk ibadah. AA tidakmemandang secara fanatik bentuk-bentuk perilaku memandang aneka perilaku manusia karena perbedaanilham Ilahi yang masuk ke masing-masing orang. AA padanaskah A 554 yang diteliti dalam tulisan ini menyertakankolofon yang memuat informasi penting terkait tahun ini menjadi bukti tertulis yang tertua terkait masuktarekat cukup diminati. Teks ini digunakan oleh seorangpemimpin komunitas sufisme di Cilincing, Jakarta Utara,untuk mengikat komunitasnya. Teks ini dilisankan setiapmalam oleh pemimpin komunitas dengan tujuan agar nilai-nilai sufisme dalam AA dapat dihayati secara menyimpulkan bahwa aktivitas pelisanan di hadapankhalayak memberikan tenaga pada teks AA dibandingkandibaca sunyi sendiri. Aktivitas pelisanan juga merupakanbentuk pembukaan akses terhadap teks AA yang berbahasa danberaksara Arab. Dengan pelisanan, khalayak di Cilincing yangberbasis masyarakat industri dapat mengakses nilai-nilaisufisme yang terkandung dalam AA. Pelisanan teks AAdengan intensitas yang tinggi dapat menginternalisasi nilai-nilai sufisme bagi AA jumlahnya cukup banyak. AA dicetak olehbanyak penerbit dengan berbagai macam naskah. MeskipunJumantara Vol. 9 Tahun 2018                         yā Ay yā AwmawjūdMin mā yadulluka alā wujūd qahrihī subḥānahū anḥajabaka anhu bi mā laysa bi mawjūd maahū. aynWa aynu al-baṣīrati yusyhiduka adamaka li wujūdihī.Hasil Penelitian al-Ḥikam al-Aṭāiyyah                                                                                                    128 134 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanDaftar ReferensiNaskahAthaillah, Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 180. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 402. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. 1783. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah wa Gairuhādengan nomor panggil A 554. Jakarta PerpustakaanNasional Republik Sapardi Joko. 2016. Alih Wahana. Ciputat Pamusuk. 1991. Catatan Kecil dari Editor dalam AkuIni Binatang Jalang karya Chairil Anwar. JakartaGramedia Pustaka Benny. 2006. Penerjemahan dan Pustaka Julia Day. 2001. Sufism and the Indonesian IslamicRevival dalam The Journal of Asian Studies 60, no Association for Asian Julia Day. 2012. Modernitas dan Spiritulitas Islamdalam Jaringan Sufi Baru di Indonesia dalamTashwirul Afkar, Jurnal Refleksi PemikiranKeagamaan dan Kebudayaan Edisi 32. Jakarta PPLakpesdam Ashim Ibrahim. 2008. Tahqiq Ihkam al-Hikam fiSyarh al-Hikam. Beirut Darul Kutub Nabilah. 2011. Sejarah Pembuatan Manuskrip Arabdan Kendala Yang Muncul dalam Teks, Naskah, danKelisanan Nusantara. Depok Yayasan Abdul Halim dan Mahmud bin Syarif. 2010.Tahqiq Hikam Ibn Athaillah. Mesir Al-Syirkah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawantampaknya tidak ada perbedaan, teks cetak AA itu memilikibanyak varian baik dari segi kata maupun struktur banyak varian tersebut, teks cetak AA ini masihterbuka ruang untuk diteliti secara filologis. Penelitian filologisyang mengungkap varian-varian ini akan memperkaya danmenambah khazanah sufisme itu sendiri. 135Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanDaftar ReferensiNaskahAthaillah, Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 180. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 402. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. 1783. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah wa Gairuhādengan nomor panggil A 554. Jakarta PerpustakaanNasional Republik Sapardi Joko. 2016. Alih Wahana. Ciputat Pamusuk. 1991. Catatan Kecil dari Editor dalam AkuIni Binatang Jalang karya Chairil Anwar. JakartaGramedia Pustaka Benny. 2006. Penerjemahan dan Pustaka Julia Day. 2001. Sufism and the Indonesian IslamicRevival dalam The Journal of Asian Studies 60, no Association for Asian Julia Day. 2012. Modernitas dan Spiritulitas Islamdalam Jaringan Sufi Baru di Indonesia dalamTashwirul Afkar, Jurnal Refleksi PemikiranKeagamaan dan Kebudayaan Edisi 32. Jakarta PPLakpesdam Ashim Ibrahim. 2008. Tahqiq Ihkam al-Hikam fiSyarh al-Hikam. Beirut Darul Kutub Nabilah. 2011. Sejarah Pembuatan Manuskrip Arabdan Kendala Yang Muncul dalam Teks, Naskah, danKelisanan Nusantara. Depok Yayasan Abdul Halim dan Mahmud bin Syarif. 2010.Tahqiq Hikam Ibn Athaillah. Mesir Al-Syirkah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawantampaknya tidak ada perbedaan, teks cetak AA itu memilikibanyak varian baik dari segi kata maupun struktur banyak varian tersebut, teks cetak AA ini masihterbuka ruang untuk diteliti secara filologis. Penelitian filologisyang mengungkap varian-varian ini akan memperkaya danmenambah khazanah sufisme itu 136 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKamusAli, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1998. KamusKontemporer Arab-Indonesia. cetakan keempat.Yogyakarta Multi Karya Ahmad Warson. 2002 Kamus Al-MunawwirArab-Indonesia Terlengkap. edisi kedua, cetakankedua puluh lima. Yogyakarta Pustaka T. E. 1998. Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia. Jakarta Yayasan Obor Indonesia-EcoleFrancaise D’Extreme Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanMurgiyanto, Sal. 1998. Mengenai Kajian Pertunjukan dalamMetodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta YayasanObor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan. Nawawi, Muhammad. 1896. Mishbah al-Zhulam ala Nahjal-Atamm fi Tabwib al-Hikam. Mekkah Maktabah 1935. Sambungan Zaman dalam PolemikKebudayaan. Jakarta Pustaka 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesiaterjemahan oleh Kentjanawati Gunawan. Jakarta tt. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Vol I. Tangsel Persada 2002. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan TarjamahArab-Indonesia. Vol II. Tangsel Persada Richard. 2013. Performance Studies AnIntroduction. Third Edition. New York Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta Hasan Samahi. 1997. Pengantar Edisi Teks pada al-Hikam al-Athaiyyah. Damaskus al-Mathbaah al-Fayha’.Teeuw, A. 1982. Khazanah Sastra Indonesia BeberapaMasalah Penelitian dan Penyebarluasannya. JakartaBalai A. 1983. Tergantung Pada Kata Sepuluh SajakIndonesia. Jakarta Pustaka A. 1994. Indonesia Antara Kelisanan danKeberaksaraan. Jakarta Pustaka tanpa catatan tahun Katalog Lokal Melayu. JakartaPerpustakaan Nasional Republik Spencer. 1971. The Sufi Orders in Oxford University Dzulkifli Iip. 2003. Tradisi Ngalogat di PesantrenSunda, Penemuan dan Peneguhan Identitas dalamPolitik dan Poskolonialitas di Indonesia. YogyakartaKanisius. 137Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKamusAli, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1998. KamusKontemporer Arab-Indonesia. cetakan keempat.Yogyakarta Multi Karya Ahmad Warson. 2002 Kamus Al-MunawwirArab-Indonesia Terlengkap. edisi kedua, cetakankedua puluh lima. Yogyakarta Pustaka T. E. 1998. Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia. Jakarta Yayasan Obor Indonesia-EcoleFrancaise D’Extreme Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanMurgiyanto, Sal. 1998. Mengenai Kajian Pertunjukan dalamMetodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta YayasanObor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan. Nawawi, Muhammad. 1896. Mishbah al-Zhulam ala Nahjal-Atamm fi Tabwib al-Hikam. Mekkah Maktabah 1935. Sambungan Zaman dalam PolemikKebudayaan. Jakarta Pustaka 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesiaterjemahan oleh Kentjanawati Gunawan. Jakarta tt. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Vol I. Tangsel Persada 2002. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan TarjamahArab-Indonesia. Vol II. Tangsel Persada Richard. 2013. Performance Studies AnIntroduction. Third Edition. New York Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta Hasan Samahi. 1997. Pengantar Edisi Teks pada al-Hikam al-Athaiyyah. Damaskus al-Mathbaah al-Fayha’.Teeuw, A. 1982. Khazanah Sastra Indonesia BeberapaMasalah Penelitian dan Penyebarluasannya. JakartaBalai A. 1983. Tergantung Pada Kata Sepuluh SajakIndonesia. Jakarta Pustaka A. 1994. Indonesia Antara Kelisanan danKeberaksaraan. Jakarta Pustaka tanpa catatan tahun Katalog Lokal Melayu. JakartaPerpustakaan Nasional Republik Spencer. 1971. The Sufi Orders in Oxford University Dzulkifli Iip. 2003. Tradisi Ngalogat di PesantrenSunda, Penemuan dan Peneguhan Identitas dalamPolitik dan Poskolonialitas di Indonesia. Yogyakarta 138 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviTia R izki Setiaw ati, D r. Titin N u rh ayati M a’m un , M S , D r . H a z b i n iKisah Fir’aun d an N abi M usa pad a N askahM aslaku Al-Irfān Fī Sīrati Sayyid in ā M ū sā W afir’aw n E d isi T e k s dan K ajian R esepsiAbstrakPesantren sebagai lembaga pendidikan formal telahbanyak mewarnai bentuk-bentuk tradisi yang bersendikankeislaman di Tatar Sunda sejak sekitar abad ke tujuh belasdan delapan belas Masehi Darsa, 201571. Salah satuproduk dari pesantren adalah naskah-naskah keislamanyang ditulis dengan aksara Pegon. Salah satu pesantren diTatar Sunda yang terkenal dengan karya-karyanya, yakniPesantren Gentur, Desa Jambudipa, KecamatanWarungkondang, Cianjur. Naskah Maslaku al-Irfān FīSīrati Sayyidinā Mūsā Wa Fir’aun merupakan salah satuproduk pesantren tersebut yang hendak penulis jadikansebagai objek penelitian. Adanya perbedaan isi antara kisahyang terdapat pada naskah MI dengan Al-Qur’an, salahsatunya yakni seperti yang kita ketahui pada Al-Qur’ankisah Nabi Musa dengan Fir’aun tidak diceritakan dariawal, seperti asal-usul Fir’aun, sedangkan pada naskah MIawal mula kisahan menceritakan asal-usul Fir’aun, yakniterlahir dari pasangan suami istri yang tidak mensyukuri apayang telah Allah beri, mereka iri terhadap pada Al-Qur’an pun dijelaskan bahwa Fir’aun itubukan hanya satu orang melainkan sebuah gelar raja,sedangkan pada naskah MI Fir’aun hanya satu orang danmerupakan sebuah nama bukan gelar. Perbedaan tersebutmenunjukan persepsi si penulis atau penyalin naskah MIyang bersuku Sunda terhadap isi dari Al-Qur’an. Penulis ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Julia HowellLike other parts of the muslim world, Indonesia has experienced an Islamic revival since the 1970s cf. Hefner 1997; Jones 1980; Liddle 1996, 622–25; Muzaffar 1986; Schwarz 1994, 173–76; Tessler and Jesse 1996. To date, representations of Indonesia's Islamic revival have featured forms of religious practice and political activity concerned with what in the Sufi tradition is called the “outer” lahir expression of Islam support for and observance of religious law I. syariah , A. syari'at , including the practice of obligatory rituals. Thus commonly mentioned as evidence of a revival in Indonesia are such things as the growing numbers of mosques and prayer houses, the increasing popularity of head coverings kerudung, jilbab among Muslim women and school girls, the increasing usage of Islamic greetings, the more common sight of Muslims excusing themselves for daily prayers and attending services at their workplaces, the appearance of new forms of Islamic student activity on university campuses, strong popular agitation against government actions seen as prejudicial to the Muslim community, and the establishment in 1991 of an Islamic Al-Aṭāiyyah dengan nomor panggil A 402Ibnu AthaillahAthaillah, Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomor panggil A 402. Jakarta Perpustakaan Nasional Republik Al-Aṭāiyyah wa Gairuhā dengan nomor panggil A 554Ibnu AthaillahAthaillah, Ibnu. 1783. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah wa Gairuhā dengan nomor panggil A 554. Jakarta Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Buku Damono, Sapardi Joko. 2016. Alih Wahana. Ciputat dan KebudayaanBenny HoedHoed, Benny. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta Pustaka dan Spiritulitas Islam dalamJulia HowellDayHowell, Julia Day. 2012. Modernitas dan Spiritulitas Islam dalam Jaringan Sufi Baru di Indonesia dalam Tashwirul Afkar, Jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan Edisi 32. Jakarta PP Lakpesdam Pembuatan Manuskrip Arab dan Kendala Yang Muncul dalam TeksNabilah LubisLubis, Nabilah. 2011. Sejarah Pembuatan Manuskrip Arab dan Kendala Yang Muncul dalam Teks, Naskah, dan Kelisanan Nusantara. Depok Yayasan Pernaskahan Kajian Pertunjukan dalam Metodologi Kajian Tradisi LisanSal MurgiyantoMurgiyanto, Sal. 1998. Mengenai Kajian Pertunjukan dalam Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Zaman dalam Polemik KebudayaanPurbacarakaPurbacaraka. 1935. Sambungan Zaman dalam Polemik Kebudayaan. Jakarta Pustaka Jaya. Pengantar Kajian Al-Hikam Kitab Al-Hikam adalah buah karya Syekh Ibnu Atha'illah, mursyid ketiga dari Thariqah Syadziliyah. Adapun pendiri pertama Syadziliyah adalah Syekh Abu Hasan Ali Asy-Syadzili, seorang Maroko yang kemudian menetap di Iskandariah, Mesir dan wafat pada 1258 M. Penggantinya adalah Syekh Abu Abbas Al-Mursi, yang berasal dari Murcia, Andalusia, Spanyol wafat di tahun 1287 M, yang sepeninggalnya dilanjutkan oleh Syekh Ibnu Atha'illah. Syekh Ibnu Atha'illah hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mamluk. Beliau lahir di kota Alexandria Iskandariyah, Mesir, lalu pindah ke Kairo. Di kota inilah beliau menghabiskan hidupnya dengan mengajar Fikih Mazhab Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual. Ibn Atha'illah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Karya itu meliputi bidang tasawuf, tafsir, akidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah Kitab Al-Hikam yang disebut-sebut sebagai magnum opus beliau. Al-Hikam adalah sebuah kitab yang diperuntukkan bagi para pejalan salik, yang di dalamnya berisi panduan lanjut bagi setiap pejalan untuk menempuh perjalanan spiritual. Al-Hikam berisi berbagai terminologi suluk yang ketat, yang merujuk pada berbagai istilah dalam Al-Qur'an. Kajian Al-Hikam di situs ini merupakan terjemahan Zamzam Tanuwijaya. Bila diperlukan, disertakan pula syarah dari setiap pasal-pasal yang diuraikan. Al-Hikam Terbaru terjemah & syarah al-hikam 23 - 44 Pasal 023 Pasal 024 Pasal 025 Pasal 026 Pasal 027 Pasal 028 Pasal 029 Pasal 030 Pasal 031 Pasal 032 Pasal 033 Pasal 034 Pasal 035 Pasal 036 Pasal 037 Pasal 038 Pasal 039 Pasal 040 Pasal 041 Pasal 042 Pasal 043 Pasal 044 45 - 66 Pasal 045 Pasal 046 Pasal 047 Pasal 048 Pasal 049 Pasal 050 Pasal 051 Pasal 052 Pasal 053 Pasal 054 Pasal 055 Pasal 056 Pasal 057 Pasal 058 Pasal 059 Pasal 060 Pasal 061 Pasal 062 Pasal 063 Pasal 064 Pasal 065 Pasal 066 67 - 88 Pasal 067 Pasal 068 Pasal 069 Pasal 070 Pasal 071 Pasal 072 Pasal 073 Pasal 074 Pasal 075 Pasal 076 Pasal 077 Pasal 078 Pasal 079 Pasal 080 Pasal 081 Pasal 082 Pasal 083 Pasal 084 Pasal 085 Pasal 086 Pasal 087 Pasal 088 89 - 110 Pasal 089 Pasal 090 Pasal 091 Pasal 092 Pasal 093 Pasal 094 Pasal 095 Pasal 096 Pasal 097 Pasal 098 Pasal 099 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Pasal 103 Pasal 104 Pasal 105 Pasal 106 Pasal 107 Pasal 108 Pasal 109 Pasal 110 111 - 132 Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 Pasal 128 Pasal 129 Pasal 130 Pasal 131 Pasal 132 133 - 154 Pasal 133 Pasal 134 Pasal 135 Pasal 136 Pasal 137 Pasal 138 Pasal 139 Pasal 140 Pasal 141 Pasal 142 Pasal 143 Pasal 144 Pasal 145 Pasal 145 Pasal 146 Pasal 147 Pasal 148 Pasal 149 Pasal 150 Pasal 151 Pasal 152 Pasal 153 Pasal 154 155 - 176 Pasal 155 Pasal 156 Pasal 157 Pasal 158 Pasal 159 Pasal 160 Pasal 161 Pasal 162 Pasal 163 Pasal 164 Pasal 165 Pasal 166 Pasal 167 Pasal 168 Pasal 169 Pasal 170 Pasal 171 Pasal 172 Pasal 173 Pasal 174 Pasal 175 Pasal 176 177 - 198 Pasal 177 Pasal 178 Pasal 179 Pasal 180 Pasal 181 Pasal 182 Pasal 183 Pasal 184 Pasal 185 Pasal 186 Pasal 187 Pasal 188 Pasal 189 Pasal 190 Pasal 191 Pasal 192 Pasal 193 Pasal 194 Pasal 195 Pasal 196 Pasal 197 Pasal 198 199 - 220 Pasal 199 Pasal 200 Pasal 201 Pasal 202 Pasal 203 Pasal 204 Pasal 205 Pasal 206 Pasal 207 Pasal 208 Pasal 209 Pasal 210 Pasal 211 Pasal 212 Pasal 213 Pasal 214 Pasal 215 Pasal 216 Pasal 217 Pasal 218 Pasal 219 Pasal 220 221 - 242 Pasal 221 Pasal 222 Pasal 223 Pasal 224 Pasal 225 Pasal 226 Pasal 227 Pasal 228 Pasal 229 Pasal 230 Pasal 231 Pasal 232 Pasal 233 Pasal 234 Pasal 235 Pasal 236 Pasal 237 Pasal 238 Pasal 239 Pasal 240 Pasal 241 Pasal 242 243 - 264 Pasal 243 Pasal 244 Pasal 245 Pasal 246 Pasal 247 Pasal 248 Pasal 249 Pasal 250 Pasal 251 Pasal 252 Pasal 253 Pasal 254 Pasal 255 Pasal 256 Pasal 257 Pasal 258 Pasal 259 Pasal 260 Pasal 261 Pasal 262 Pasal 263 Pasal 264

jadzab menurut al hikam